SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Harga kedelai dan minyak goreng tinggi membuat sejumlah penjual gorengan di Boyolali harus mengatur strategi agar tetap meraup untung. Penjual gorengan di Driyan, Siswodipuran, Boyolali, Suminah Eksan, mengatakan menaikkan harga tahu dan tempe yang dijualnya.

“Ini dulu sebelum minyak dan kedelai naik, tahu bakso saya jual Rp500, kemudian minyak naik jadi Rp700, kemudian sekarang karena harga kedelai dan minyak naik, tahu bakso jadi Rp1.000,” ungkapnya saat dijumpai Solopos.com di warungnya, Selasa (22/2/2022).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Suminah mengungkapkan harga tempe juga ia naikkan. Sebelum harga minyak goreng naik, ungkapnya, harga per potong tempe goreng hanyalah Rp500, sekarang harganya naik menjadi Rp2.000 mendapatkan tiga potong.

Baca juga: Ini Hal-Hal yang Dilarang Dilakukan di Stabelan Boyolali

“Harga itu naiknya pas minyak naik, untuk sekarang kedelai naik sementara belum. Sementara masih untung sedikit tidak apa-apa. Kalau nanti teman-teman [penjual gorengan] menaikkan [harga] ya [saya] ikut menaikkan,” kata dia.

Repot Menyesuaikan Harga

Lebih lanjut, Suminah mengaku sebelum harga kedelai naik, dia bisa membeli 10 biji tahu putih dengan uang Rp10.000. Namun, sekarang dengan jumlah uang yang sama, ia hanya mendapatkan sembilan biji.

“Kemarin penjual tahunya minta saya jangan kaget, tapi ya bagaimana harganya memang naik. Kemudian untuk tempe harganya juga naik, dulu sepotong Rp3.500 sekarang Rp4.000. Ada juga tempe yang ukurannya diperkecil, harganya tetap Rp3.500, tapi saya pilih tempe yang besar,” ungkapnya.

Suminah berharap pemerintah dapat membantu menurunkan dan menormalkan harga kedelai dan minyak goreng. Ia mengatakan jika harga terus naik, maka penjual juga ikut repot menyesuaikan harga.

Baca juga: Tahu Tempe di Boyolali Kian Mini Gegara Harga Kedelai Tinggi

Sementara itu, penjual soto yang juga menjajakan gorengan di Pasar Sunggingan, Boyolali, Sri Wahyuni mengaku belum terdampak dengan kenaikan harga kedelai. “Saya beli masih harga biasa, sepengetahuan saya ukurannya sama. Tapi kesulitan saat ini itu kelangkaan minyak. Kalau mahal itu masih mending karena bisa dicari, ini saya nyarinya susah. Sudah mahal, nyari juga susah,” ungkapnya.

Yuni mengaku walau terjadi kelangkaan minyak goreng, ia tetap berusaha menstabilkan harga gorengan di warungnya dengan memperkecil ukuran tempe goreng yang dijualnya.

“Kalau kami harga tetap per potong Rp500, tapi saya perkecil. Biasanya satu potong tempe saya bagi tiga, ini saya bagi empat. Kalau untuk menaikkan harga saya kok kurang cocok, nanti pelanggan pada kabur,” jelasnya.

Baca juga: Mandiri Energi ala Warga Kanoman Boyolali dengan Manfaatkan Limbah Tahu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya