SOLOPOS.COM - Ilustrasi jasad bayi (JIBI/Dok)

Kecelaan Sragen memakan korban bocah balita berusia 1,5 tahun.

Solopos.com, SRAGEN — Bocah berusia 1,5 tahun, M Arya Hakim Pragaswara menjadi korban kecelakaan lalu lintas di Sumberlawang Sragen, Senin (12/9/2016) pagi. Bocah putra pasangan Waris Siswanto, 34, dan Indah Nurwarti, 30 dalam kondisi mengenaskan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Saat mayat bocah diangkat, tiba-tiba kepala bocah putus dan menggelinding. Waris dan Indah merupakan warga Dukuh Penjalinan RT 006/RW 007, Desa Plosorejo, Kecamatan Tawang Harjo, Kabupaten Grobogan. Saat peristiwa mereka memboncengkan putra sulungnya Ahmad Rizal Yanu, 10 dan M. Arya Hakim Pragaswara. Baca: Kronologi Kecelakaan Sumberlawang Megapro Vs Vario

Kecelakaan itu terjadi di di Jl. Raya Solo-Purwodadi, tepatnya di simpang tiga depan gapura menuru pacuan kuda Nyi Ageng Serang, Sumberlawang. Kecelakaan melibatkan Hoda Megapro AD 2563 UN yang dikendarai Sulistyo, 25, warga Dukuh Bringin RT 013, Desa Pare, Mondokan, Sragen, dan Honda Vario K 3282 Vs yang dikendarai Waris.

Mayat bocah itu ditemukan berada di bawah pohon di sekitar lokasi kejadian, tepatnya di Dukuh/Desa Ngandul RT 005, Sumberlawang, Sragen. Sementara Waris, istrinya, putra sulungnya dan pengendara Megapro mengalami luka lecet-lecet ringan.

Salah seorang saksi, Sekretaris Kecamatan Sumberlawang Margono sempat datang ke lokasi kejadian dan ikut terlibat dalam evakuasi korban bocah balita. Kebetulan rumah Margono terletak di belakang Kantor Kecamatan Sumberlawang dan jarak kantor kecamatan dengan lokasi kejadian hanya 50 meter.

Dia mendengar ada sirine ambulans dan melihat kerumunan warga di lokasi kejadian. “Anak-anak SMPN 1 Sumberlawang juga berlari ke lokasi. Saya datang ke kerumunan itu. Satu keluarga asal Grobogan itu bermaksud ke rumah simbahnya di Sragen. Orang Grobogan itu nyelonong dan akhirnya menabrak orang Pare itu. Motor mereka tidak rusak parah. Anehnya, anak balita itu kok bisa terpental dan lehernya putus,” ujarnya.

Dia masih bertanya-tanya dan mengira-ira penyebab putusnya leher anak itu. Leher anak itu putus setelah dievakuasi ke puskesmas. Semula Margono minta polisi mengevakuasi mayat anak-anak ke puskesmas supaya tidak terjadi kerumunan massa di jalan.

“Mayat anak itu diangkat untuk diboncengkan dengan motor. Nah, saat diangkat itulah kepalanya terjatuh dan menggelinding. Warga kemudian mencari kardus ke apotek di dekat kejadian. Kepala dimasukan ke kardus, soalnya kalau jatuh ke jalan kan repot. Setelah beberapa menit ambulans dari RS Yakssi datang,” tuturnya.

Margono menilai peristiwa kecelakaan dengan korban anak-anak itu tidak wajar. Dia menduga leher anak itu putus karena jeratan selendang atau alat gendong ibunya. Polisi di Pos Lantas Gemolong pun bertanya dengan Margono tetapi ia tak mengetahui kejadian persisnya.

“Simpang tiga Ngandul itu sering terjadi kecelakaan. Beberapa wkatu lalu ada bus Rajawali dan motor. Kami minta kepada Pak Gubernur supaya dibuatkan garis kejut dengan jarak 10 meter di simpang tiga itu supaya pengendara bisa hati-hati. Ya seperti di depan markas Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura itu. Dulu pernah dipasang lampu flash kuning tetapi tidak dihiraukan pengguna jalan,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya