SOLOPOS.COM - Ilustrasi kecelakaan lalu lintas (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN – Kasus kecelakaan Sragen didominasi pelajar. Kecelakaan lalu lintas (Lakalantar) yang menyebabkan korban meninggal dunia selama triwulan pertama 2014 menurun dibanding kejadian pada triwulan terakhir 2013. Hanya saja, jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan pada triwulan pertama 2014 meningkat.

Berdasarkan data yang dihimpun di Satlantas Polres Sragen, selama triwulan pertama 2014 yakni Januari-Maret, terdapat 151 kejadian kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah itu, dua orang meninggal dunia. Sementara, untuk korban kecelakaan mengalami luka berat tercatat 12 orang dan 160 orang luka ringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara, di triwulan terakhir 2013 yakni Oktober-November tercatat 162 kejadian kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah itu, 23 orang meninggal dunia. Sebanyak 165 orang mengalami luka ringan serta tidak ada korban kecelakaan yang mengalami luka berat selama triwulan terakhir 2013.

“Untuk triwulan pertama 2014 jumlah kecelakaan lalu lintas dan korban meninggal dunia menurun. Sementara, untuk jumlah korban luka berat meningkat dibanding triwulan terakhir 2013,” jelas Kasatlantas Polres Sragen, AKP Nur Prasetyantoro W.U, didampingi Kanit Laka, Ipda Murtiyoko, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (6/5/2014).

Ipda Murtiyoko mengakui kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap angka kecelakaan. Hanya saja, pihaknya menjelaskan selama ini kasus kecelakaan lalu lintas mayoritas lantaran human error. “Kecelakaan itu bisa disebabkan karena faktor manusianya atau human error serta sarana prasarana (sarpras). Tetapi, selama ini faktor manusia lebih banyak menjadi penyebab kecelakaan,” katanya.

Disinggung korban kecelakaan, pihaknya menjelaskan rata-rata menimpa pelajar serta pekerja swasta.

“Baik di triwulan terakhir 2013 dan triwulan pertama 2014, didominasi pelajar dan swasta. Rata-rata jenis kendaraan roda dua,” tambahnya.

Terkait upaya meminimalisasi angka kecelakaan dengan korban para pelajar yang belum memiliki surat izin mengemudi (SIM), Ipda Murtiyoko menerangkan pihaknya kerap menyambangi sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan.

“Setiap Senin kami menjadi inspektur upacara di sekolah-sekolah. Imbauan-imbauan juga sudah jelas kami sampaikan,” katanya.

Pihaknya juga mengaku sering menerjunkan petugas untuk ditempatkan di sekitar sekolah. Hal itu dilakukan untuk memberikan efek jera kepada para pelajar agar tak lagi mengendarai sepeda motor ke sekolah.

Hanya saja, upaya tersebut dinilai tak cukup untuk menurunkan angka pelajar mengendarai sepeda motor ke sekolah.

“Sementara ini kami dengan Dinas Pendidikan (Disdik) memang belum ada MoU [terkait larangan membawa sepeda motor ke sekolah]. Jalan satu-satunya ya kami menanti di depan sekolah. Tetapi, seringnya para pelajar itu mengetahui ada petugas di sekolah mereka memarkir sepeda motor di tempat lain. Mereka bukan takut karena nyawa atau keluarga,” ungkapnya.

Lantaran hal itu, pihaknya menilai kesadaran masyarakat termasuk pelajar terkait kepatuhan terhadap tata tertib lalu lintas penting. “Semuanya kembali ke masyarakat seperti apa,” tukas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya