SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kecelakaan pesawat microligt dinyatakan oleh pilot bukan karena jatuh, melainkan mendarat darurat

Harianjogja.com, JOGJA- Lanud Adisutjipto Jogja memfasilitasi kegiatan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) DIY melalui bidang pembinaan potensi dirgantara. Sebuah hanggar besar berlokasi di sisi barat runway 09 sebagai tempat penyimpanan berbagai jenis pesawat FASI. Termasuk pesawat Microlight berregistrasi PKS-124 yang mendarat darurat di Wirokerten, Bantul kemarin.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Meski hanya terbang layang, registrasi wajib dilakukan. Sebelum memulai penerbangan, jauh hari sang pilot, dalam hal ini atlet FASI harus mendaftarkan rencana penerbangan di Base Ops Lanud Adisutjipto.

Mulai dari rute, tujuan, jenis pesawat yang digunakan serta rencana ketinggian saat terbang. Itu dilakukan agar petugas Air Traffic Controller (ATC) bisa menyediakan space saat akan take off landing mengingat padatnya lalu lintas udara.

Dua atlet FASI Eriko dan Cici tentu sudah berpengalaman memakai Microlight. Eriko misalnya, mulai menerbangkan pesawat jenis PK sejak 2012 dan selalu berjalan lancar. Meski terjadi insiden harus mendarat darurat di tengah sawah tapi tak menyurutkan semangatnya. Ia akan terus berolahraga terbang layang.

Mendarat darurat dengan selamat adalah hal terbaik yang sudah dilakukan. Erik lebih setuju jika peristiwa yang menimpanya bukan disebut sebagai dengan kata ‘jatuh’ melainkan ‘mendarat darurat’.

“Intinya, bukan jatuh tapi emergency landing,” tegas Eriko kepada Harian Jogja melalui pesan elektronik, Sabtu (6/9/2015) sore.

Pesawat yang dipakai Eriko seperti microlight pada umumnya. Memiliki double seat dengan tiga roda landasan dan atap sekaligus berfungsi sebagai sayap. Posisi mesin berada di belakang tempat duduk dengan satu baling-baling. Pesawat ini dikendalikan dengan menekan pedal gas, semakin ditekan maka bisa menambah laju pesawat untuk naik di ketinggian.

Sebaliknya, pedal gas dikurangi kecepatannya maka akan turun diikuti dengan menurun dari ketinggian. Untuk berbelok ke kiri ke kanan tak perlu menggunakan tuas seperti layaknya pesawat umumnya. Cukup mengarahkan ke kiri atau ke kanan gagang
besi memanjang berbentuk segitiga yang sekaligus menjadi tiang sayap.

Erik enggan bercerita lebih jauh tentang kronologi teknis kejadian. Karena itu menjadi wewenang Lanud Adisutjipto sebagai pemegang otoritas udara di wilayah DIY.

“Setiap insan di penerbangan pasti melewati dan melatih diri sesering mungkin untuk situasi darurat, [kesiapan darurat] itu wajib hukumnya,” kata Erik saat ditanya langkah yang ditempuh ketika masih berada di atas pesawat hingga kemudian mengalami insiden tersebut.

Lanud Adisutjipto memastikan penyebab peristiwa itu karena mesin mengalami trouble. Pilot berusaha menyalakan sembari mencari lahan kosong hingga ditemukan sebuah sawah di Wirokerten, Banguntapan Bantul sebagai titik landasan darurat. “Sudah sesuai prosedur, pilot semua selamat,” ungkap Kapentak Lanud Adisutjipto Mayor Hamdi Londong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya