SOLOPOS.COM - Foto Pesawat Air Asia melintasi Bangkai Lion Air di Bandara Ngurahrai Bali JIBI/Bisnis Indonesia/Ashari Purwo

Foto Pesawat Air Asia melintasi Bangkai Lion Air di Bandara Ngurahrai Bali
JIBI/Bisnis Indonesia/Ashari Purwo

BALI–Pesawat Lion Air yang jatuh ke perairan di Bali ternyata menembus awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan lebat. Pesawat itu juga dinilai terlalu cepat mendarat setelah mendapat izin dari petugas menara kontrol udara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Pesawat dalam posisi normal mau landing, sudah dapat izin dari tower clear to land. Dua menit setelah itu pesawat tahunya turun di laut padahal masih cukup jauh, lima menit lagi itu jauh,” jelas Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bhakti S Gumay dalam jumpa pers di Kemenhub, Jakarta, Senin (15/4).

“Logikanya, kalau pesawat clear to land akan terus dan posisi masih tinggi, kenapa dia tiba-tiba ada di bawah?” imbuhnya.
Pada saat kejadian, imbuhnya, ada awan cumulonimbus. “Agak gelap dan memang dari laporan mereka masuk awan gelap dan hujan rintik-rintik. Apa yang terjadi? Sekian detik tahu-tahu pilot Garuda yang ada di runway tadi dia lalu lihat ke pesawat sudah hilang. Ternyata masuk ke air,” papar dia.

Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang tercatat awan cumulonimbus itu berada di sekitar pesawat.

“Itu awan yang ditembus saat kejadian, maka ini yang perlu diteliti, adakah pengaruh ini, semua data sedang kami kumpulkan,” tutur Herry.

Setelah ada insiden serius Lion Air, pesawat lain bisa mendarat. Cuaca juga bisa berubah sewaktu-waktu.
Mengenai wind shear atau angin samping juga masih dikaji. Mengingat pesawat Lion Air yang mayoritas masih baru sudah dilengkapi alat pendeteksi wind shear ini.

“Posisi pilot dalam keadaan sehat, dan kalau memang kondisi cuaca yang menyebabkan pilot melakukan pendaratan di laut maka pilot malah akan diberikan penghargaan. Tetapi tunggu KNKT, kami tidak bisa memutuskan,” tegas Herry.

Adapun kantor berita Reuters melaporkan pesawat Boeing 737-800 itu sebenarnya tengah bersiap mendarat, ketika tiba-tiba menghadapi windshear atau perubahan tekanan udara secara tiba-tiba saat cuaca mendadak hujan deras.

“Dalam kondisi seperti itu, pesawat semodern apa pun tidak bisa mengendalikan diri,” ujar sumber yang disembunyikan jati dirinya tersebut kepada Reuters.

Sumber itu menambahkan di ketinggian 122-61 meter menjelang pendaratan, pilot pesawat Lion Air JT 904
tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pendaratan karena runway tak terlihat akibat hujan lebat yang datang dengan tiba-tiba.

“Pilot memutuskan untuk membatalkan pendaratan dan bermanuver melakukan putaran, namun dia merasakan pesawatnya terasa didorong angin ke bawah. Itulah sebabnya pesawatnya menghantam laut,” lanjut sumber itu.

Menurutnya, saat kejadian hujan deras bergerak dari timur ke barat. Namun demikian, pihak Bandara Udara Ngurah Rai membantah teori tersebut.

Erasmus Kayadu, Kepala Stasion Cuaca Bandara Ngurah Rai, menegaskan tidak terjadi hujan dan jarak pandang ke landas pacu adalah 10 kilometer. “Kecepatan angin waktu itu 11 knot per jam dan awan menyelimuti angkasa,” ujarnya.

Dengan demikian, kebenaran dari penyebab kecelakaan tersebut masih menjadi teka-teki, karena di belakang Lion JT 904 ternyata sebuah pesawat Garuda Indonesia juga tengah menunggu mendarat. Faktanya lagi, tidak ada laporan kegagalan pendaratan dari pesawat Garuda tersebut.

Di bagian lain, tim evakuasi mengangkat Cockpit Voice Recorder pesawat. Ketua tim dari TNI AU sekaligus Komandan Angkatan Udara Bandara Ngurah Rai Letkol Penerbang Atang Sudradjat mengatakan evakuasi akan didahului dengan pengangkatan satu dari dua kotak hitam yang belum diambil. “Cockpit Voice Recorder akan didahulukan,” katanya.

Untuk menghindari hanyutnya bangkai pesawat, tim mengaitkan badan dengan tali. Tim evakuasi juga mulai mempersiapkan sejumlah skema pengangkatan dengan memotong hingga enam bagian.

Daniel Putut, Direktur Servis Lion Air wilayah Bali, mengatakan seusai mempelajari kondisi air laut dan juga posisi bangkai pesawat dipastikan akan memulai dengan mengumpulkan data-data investigasi, selamatkan sisa-sisa atau serpihan pesawat dan yang terakhir menyingkirkan bangkai pesawat.

Dari strategi-strategi tersebut, lanjutnya, diputuskan bahwa untuk mengevakuasi pesawat bangkai pesawat yang sudah patah menjadi dua. “Bangkai itu akan dipotong-potong menjadi beberapa bagian lalu baru diangkut menggunakan crane ke daratan,” ujarnya.

Setelah startegi tersebut dijalankan, paparnya, bangkai pesawat dipindahkan ke Pantai Kelan untuk memudahkan tim KNKT menganalisis penyebab jatuhnya pesawat.

Pada proses pemotongan, dilakukan beberapa tahap yakni pertama bagian ekor yang dipotong menjadi tiga bagian. Pemotongan ini, dilakukan demi mempercepat menemukan CVR yang berada di ekor pesawat bagian bawah dekat cargo barang. Adapun untuk tahap kedua, badan pesawat akan dipotong menjadi tiga bagian. “Masing-masing bagian kepala, sayap dan badan pesawat.”

Pasca terpotongnya bangkai pesawat dengan nomor regristrasi PK-LKS itu menjadi beberapa bagian, diterapkan dua opsi untuk pengangkatan ke darat. Opsi pertama, mengangkat bangkai pesawat perbagian ke Pantai Kelan dengan gunakan crane.

Adapun opsi kedua, paparnya, menunggu tim dari Surabaya yang membawa alat untuk dapat mengapungkan bangkai pesawat menuju Pantai Kelan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya