SOLOPOS.COM - Pesawat Boeing 737 Lion Air tergolek di dekat landas pacu Bandara Ngurah Rai setelah jatuh saat hendak mendarat. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Pesawat Boeing 737 Lion Air tergolek di dekat landas pacu Bandara Ngurah Rai setelah jatuh saat hendak mendarat. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Pesawat Boeing 737 Lion Air tergolek di dekat landas pacu Bandara Ngurah Rai setelah jatuh saat hendak mendarat. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

DENPASAR – Apa penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737-900 ER Lion Air sesaat sebelum mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali, belum bisa dipastikan. Namun berdasarkan informasi dan penuturan saksi mata serta laporan cuaca mengungkapkan salah satu dugaan penyebabnya adalah tekanan ke bawah dari arus angin atau downdraft akibat adanya awan badai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski jarang terjadi, para ahli menyatakan embusan kuat angin yang tak bisa diprediksi ini bisa membuat pesawat jet hilang kendali, khususnya pada saat-saat kritis ketika pesawat tengah hendak mendarat. “Jika Anda mengalami downdraft yang lebih kuat daripada kemampuan pesawat, meski Anda memaksimalkan tenaga mesin sekalipun, pesawat Anda akan terus turun dan takkan bisa dibuat naik lagi,” kata Hugh Dibley, mantan pilot British Airways yang juga pakar masalah hilang kendali pesawat terbang.

Berdasarkan data kesaksian awak pesawat yang dihimpun kantor berita Reuters dari sumber yang tak mau diungkap jati dirinya karena tak berwenang memberikan keterangan, pesawat dari Bandung tujuan Denpasar itu dikendalikan oleh kopilot berkebangsaan India yang mengantungi 2.000 jam terbang dan biasanya memang diberi tugas itu dalam penerbangan domestik. Saat hendak mendarat, hujan turun sangat lebat dan kopilot tak bisa melihat landasan. Pilot kemudian mengambil alih kendali.

Pilot kemudian mengakui bahwa hujan yang turun begitu lebatnya seperti dinding air yang membuatnya juga tak bisa melihat posisi landasan. Pilot kemudian memutuskan membatalkan pendaratan saat itu dan berputar lagi untuk mengambil posisi pendaratan baru atau go around, salah satu prosedur standar penerbangan. Namun seperti diungkapkan pilot kemudian, pesawat justru tak bisa diarahkan untuk naik dan justru mulai menurun tanpa bisa dikontrol.

“Kapten pilot menyatakan dia berupaya berputar, tapi dia merasa pesawat seperti ditarik ke bawah oleh angin. Itulah sebabnya kenapa pesawat lantas jatuh ke laut,” ujar sumber itu. “Hujan datang dari timur ke barat, sangat lebat,” imbuh sumber itu pula.

Menurut pihak Boeing, pesawat keluarabn terbarunya sudah dilengkapi Predictive Windshear System, yang akan memberikan peringatan jika ada arus angin yang berbahaya. Menurut Dibley, para pilot lebih suka langsung menghindar jika ada risiko tinggi tarikan angin seperti itu. Satu-satunya jalan adalah membatalkan pendaratan dan berputar.

Namun Dibley menyatakan, untuk bisa melakukannya, pilot harus bisa menyeimbangkan posisi antara kecepatan ideal untuk mendarat dengan kecepatan ekstra untuk memungkinkan dilakukannya manuver pembatalan mendarat. Jika pilot terlalu banyak menambah tenaga dan kecepatan saat mendarat, pesawatnya justru menghadapi risiko baru yaitu overshoot atau mendarat melebihi batas aman landasan. “Kalau kecepatan Anda terlalu rendah dan menghantam downdraft, pesawat pasti jatuh. Jadi pertanyaannya di sini adalah seberapa banyak kecepatan yang harus ditambahkan,” kata Dibley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya