SOLOPOS.COM - Ilustrasi truk kecelakaan (thestrricklandfirm.com)

Kecelakaan lalu lintas di jalanan Jawa Tengah (Jateng) banyak yang melibatkan kendaraan besar, seperti truk.

Semarangpos.com, SEMARANG – Banyaknya truk yang terlibat kecelakaan lalu lintas membuat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah (Jateng) resah, Terlebih lagi, banyak yang beranggapan jika truk yang terlibat kecelakaan lalu lintas itu dipicu tonase yang berlebihan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Aptrindo Jateng, Chandra Budiwan, menyebutkan sepanjang 2017 sudah ada sekitar 1.391 kasus kecelakaan yang melibatkan truk. Namun, ia menolak jika seluruh kecelakaan itu disebabkan oleh truk bertonase overcapacity.

“Overtonase bukanlah satu-satunya penyebab kecelakaan. Dari data yang kami miliki, kecelakaan itu 60% karena human error [sopir], sedangkan 40% karena technical error [tonase],” beber Chandra dalam siaran resmi kepada Semarangpos.com, Selasa (8/8/2017).

Chandra menambahkan Aptrindo saat ini berkomitmen menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas. Namun, masih banyak truk yang berkeliaran di jalan bukan anggota Aptrindo maupun Organisasi Pengusaha Angkutan Daerah (Organda).

“Di Jateng hanya sekitar 150 pengusaha truk yang menjadi anggota Aptrindo. Selebihnya bukan. Banyak truk-truk yang melintas di jalan justru merupakan anggota paguyuban yang sifatnya kedaerahan, seperti paguyuban truk penambang pasir Merapi dan lain-lain. Itu membuat kami kesulitan menertibkan,” ujar Chandra.

Permasalahan banyaknya truk yang terlibat kecelakaan ini, lanjut Chandra sudah pernah dibahas dengan Ditlantas Polda Jateng dalam sebuah diskusi di Mapolda Jateng, Rabu (2/8/2017) lalu. Dalam diskusi itu, Ditlantas Polda Jateng bahkan siap menggelar sertifikasi bagi para sopir truk.

Meski demikian, Wakil Ketua Aptrindo Jateng, Bambang Widjanarko, kurang setuju jika para sopir dilakukan sertifikasi. Ia justru menyarankan Polda Jateng memberikan pelatihan defensive driving kepada para sopir ketimbang menggelar ujian.

“Pelatihan defensive driving hendaknya diselenggarakan oleh ATPM [Agen Tunggal Pemegang Merek] bersama dengan Polri, karena selain tentang peraturan dan safety juga perluadanya pelatihan tentang kemampuan, kapasitas, dan perawatan kendaraan. Di Eropa, sopir diajarkan tentang kinerja mesin truk, teknik pengereman, teknik menikung, bahkan teknik menghadapi keadaan panik,” ujar Bambang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya