SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kecelakaan Kulonprogo tidak hanya mengakibatkan korban terluka tetapi juga meninggal.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Dalam sembilan bulan terakhir tahun ini, 46 orang kehilangan nyawanya di jalan. Polres Kulonprogo mencatat telah terjadi 310 kasus kecelakaan lalu lintas dengan total korban luka hingga meninggal dunia mencapai 658 orang per September lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kanit Laka Lantas Polres Kulonprogo, Iptu Sri Purwanti mengatakan, memasuki pekan kedua bulan Oktober, jumlah kecelakaan lalu lintas sudah meningkat menjadi 329 kasus. Mayoritas dialami oleh pengendara sepeda motor. “Itu sudah termasuk kejadian laka tunggal,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ipung itu, Kamis (15/10/2015).

Ipung memaparkan, rata-rata berusia di bawah 40 tahun. Beberapa di antaranya juga masih berstatus pelajar. Biasanya terjadi pada jam-jam sibuk, pagi maupun sore hari. Ada yang kurang hati-hati dan konsentrasi karena buru-buru berangkat kerja dan sekolah atau sudah kelelahan dan ingin segera sampai rumah.

Ipung lalu menjelaskan, titik rawan kecelakaan lalu lintas berada di wilayah Sentolo, yaitu antara Sub Terminal Ngeplang hingga SPBU Sukoreno. Dia menyebutnya sebagai blackspot karena bisa hampir setiap hari ada kejadian di sana. Ada juga titik rawan di wilayah Milir, Pengasih hingga Temon, serta di sekitar ruas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Kasat Lantas Polres Kulonprogo, AKP Rahmat Hidayat menambahkan, ada pergeseran lokasi titik rawan kecelakaan lalu lintas. Menurutnya, kejadian di wilayah Sentolo dan Temon sudah berangsur menurun. Kecelakaan terus ditekan dengan gelar pasukan dan patroli intensif. Personel dari masing-masing Polsek juga ikut dikerahkan. “Pengemudi yang mengantuk kalau lihat ada polisi yang siaga, biasanya jadi tidak mengantuk,” kata Hidayat.

Wilayah yang semakin rawan saat ini justru Galur, Kokap, dan Kalibawang. Menurutnya, kondisi medan di sejumlah lokasi itu tergolong sulit karena naik-turun dan banyak tikungan. Sering kali kecelakaan terjadi akibat rem yang tidak berfungsi maksimal. Kurangnya lampu penerangan jalan juga menjadi faktor penyebab lainnya. “Kalau ada orang jalan atau naik sepeda, bisa tidak kelihatan oleh pengemudi sehingga rawan tertabrak,” jelasnya.

Hidayat kemudian mengungkapkan, angka kasus kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari perbandingan jumlah kejadian pada pekan keempat September sebanyak tujuh kasus dan pekan pertama bulan ini yang mencapai sembilan kasus. Selain faktor kelayakan jalan, kecelakaan juga sering terjadi karena masyarakat kurang hati-hati dan melanggar rambu lalu lintas.

Masyarakat diimbau menaati peraturan dan rambu lalu lintas. Meski tampak sepele, kebiasaan berhati-hati saat akan menyeberang dinilai cukup efektif mencegah kecelakaan. “Kalau mau menyeberang, berhenti dulu lalu lihat ke kanan dan kiri. Kalau mau belok, nyalakan lampu sen lalu tengok depan dan belakang. Pejalan kaki juga jangan menyelonong begitu saja kalau menyeberang,” ucap Hidayat menerangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya