SOLOPOS.COM - Sebuah mobil ringsek tertabrak KA Begawan jurusan Purwokerto menuju Solo di Ngulakan, Hargorejo, Kokap, Senin (11/7/2016) malam. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Kecelakaan kereta api terjadi di Hargorejo Kokap

Harianjogja.com, KULONPROGO– Perlintasan kereta api tanpa palang pintu di wilayah Desa Hargorejo, Kokap, Kulonprogo hampir selalu memakan korban jiwa setiap tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terakhir, nyawa seorang pensiunan bernama Supardi pun melayang akibat mobil yang dinaiki bersama temannya, Suparno, tertabrak kereta api Begawan jurusan Purwokerto-Solo, tepatnya di Dusun Ngulakan, Hargorejo, Senin (11/7/2016) malam.

Ratusan pelayat hadir ke rumah Supardi sejak Selasa (12/7/2016) pagi. Namun, mereka tidak datang untuk bersilaturahmi meski nuansa Idul Fitri masih terasa. Mereka justru ingin ikut menjadi saksi perjalanan Supardi menuju tempat peristirahatan terakhirnya di dunia.

Ekspedisi Mudik 2024

Supardi sendiri merupakan salah satu korban dari kecelakaan maut pada malam sebelumnya. Saat itu, dia dan temannya bernama Suparno hendak menyeberangi perlintasan kereta api tanpa palang pintu di wilayah Ngulakan dari arah selatan ke utara ada sekitar pukul 19.45 WIB.

Sayang, mobil Innova bernomor polisi B 1634 YI yang dinaiki keduanya tertabrak kereta api Begawan jurusan Purwokerto-Solo hingga terseret sejauh 300 meter dan mengalami rusak berat.

Supardi yang dilaporkan berusia 75 tahun pun ditemukan meninggal dunia ketika petugas kepolisian tiba di lokasi kejadian pada sekitar pukul 20.00 WIB. Sementara rekannya yang bertindak sebagai pengemudi, Suparno, 70 tahun, segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates dan dinyatakan kritis.

Beberapa jam kemudian, Suparno dirujuk ke Jogja International Hospital (JIH) di Sleman akibat cedera berat yang dialami pada bagian kepala.

Bersambung ke halaman 2

Supardi diketahui merupakan warga Dusun Kliripan Hargorejo, sedangkan Suparno adalah pemudik asal Jakarta yang juga memiliki rumah di Kliripan.

Usai mendengar kabar mengenai musibah yang dialami kedua pensiunan PNS Kulonprogo itu, warga sekitar datang untuk membantu dan memberikan dukungan kepada keluarga korban.

Kabag Kesejateraan Rakyat Pemerintah Desa Hargorejo, Sukarmo mengaku berbagi tugas dengan perangkat desa lainnya. Dia memilih untuk mendatangi rumah Supardi dan mempersiapkan berbagai keperluan duka.

“Saat saya sampai tempat kejadian, jenazah sudah diangkat dan dibawa ke rumah sakit. Pak dukuh [kepala dusun Kliripan] ke sana [RS], sedangkan saya di sini untuk mengurus macam-macam,” kata Sukarmo saat melayat ke rumah Supardi, Senin siang.

Beberapa tenda dan puluhan kursi disiapkan para tetangga di halaman rumah Supardi untuk menyambut pelayat pada Selasa pagi. Ratusan pelayat kemudian terus berdatangan hingga siang hari. Menurut Sukarmo, Supardi memang dikenal sebagai tokoh masyarakat setempat yang ringan tangan dan supel.

Supardi pun diketahui akrab dengan banyak orang, termasuk Suparno, korban lainnya. Sukarmo lalu mengatakan, malam itu Supardi izin keluar rumah kepada istrinya karena ingin arisan di rumah tetangga sekaligus dilanjutkan dengan menonton wayang.

Sang istri hanya berpesan agar Supardi hati-hati dan tidak pulang larut malam. Tidak ada yang pernah menyangka jika Supardi akan pergi untuk selamanya.

Sukarmo juga memaklumi jika istri maupun ketiga anak Supardi tidak ingin diwawancarai karena sedang dalam kondisi berduka. “Semalam istrinya tampak syok tapi sekarang sudah lebih tenang. Ini tinggal menunggu anak ketiga yang kemarin sudah kembali ke Kalimantan lalu segera dilakukan pemakaman,” ungkap Sukarmo.

Bersambung ke halaman 3

Sekitar pukul 13.55 WIB, jenazah Supardi perlahan diantar ke pemakaman terdekat yang kira-kira berjarak 200 meter dari rumah duka. Ratusan pelayat yang ikut mengantar kepergiannya pun kembali diingatkan akan sebuah hal penting, yaitu wajib ekstra hati-hati saat melewati perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Langkah itu harus diyakini sebagai cara paling ampuh untuk menjamin keselamatan masing-masing.

Kabag Pemerintahan Pemerintah Desa Hargorejo, Suharyoto memaparkan, kecelakaan maut hampir setiap tahun terjadi di perlintasan kereta api sekitar wilayah tersebut.

Selain peristiwa pada Senin malam, dua kasus lain juga terjadi pada 2015 lalu. Dia mengatakan, korban umumnya adalah orang yang sudah tua atau tidak dikenal.

Menurut Suharyoto, warga sebenarnya sudah sering menerima sosialisasi dan imbauan agar selalu berhati-hati saat melintasi rel kereta api. Sejumlah petugas pun disiagakan untuk berjaga di perlintasan tanpa palang pintu pada momen tertentu meski tidak 24 jam, seperti saat masa libur lebaran.



Namun, kemungkinan warga yang lengah itu tetap ada karena merasa sudah terbiasa lewat setiap hari. “Imbauan untuk berhati-hati itu sudah sering,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya