SOLOPOS.COM - Sukarelawan berdiri di depan bangkai minibus yang terjatuh ke jurang sedalam 10 meter di Gondosuli, Tawangmangu, Minggu (26/2/2017). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Kecelakaan Karanganyar, akibat bus yang ditumpangi terjun ke jurang, piknik ke Tawangmangu menjadi perpisahan terakhir.

Solopos.com, KARANGANYAR — Suasana di gedung Puskesmas Tawangmangu yang baru setengah jadi itu ramai. Sejumlah orang mengenakan seragam sukarelawan, PMI, polisi, TNI, dan lain-lain berdiri di teras dan lobi puskesmas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terdengar jerit tangis saat Solopos.com berlari menaiki tangga menuju lobi puskesmas tersebut. “Ega anakku! Maafin Mama nak… Ega… Anak Mama…” jerit perempuan yang duduk di kursi dari besi di dekat pintu masuk puskesmas. (Baca juga: Minibus Terjun ke Jurang Tawangmangu, 6 Penumpang Tewas)

Perempuan berkaus lengan panjang warna abu-abu dan rambut sebahu itu menangis dan menjerit sembari menyandarkan kepala pada dinding. Di sampingnya, duduk seorang lelaki memangku bocah lelaki berusia 3 tahun. Wajah perempuan bernama Khuzaini Afifah itu lebam di dahi dan bawah mata. Kedua matanya sembap karena terlalu banyak menangis.

Setelah menangis sesenggukan, Khuzaini berangsur-angsur tenang. Tetapi, dia akan menangis lagi apabila teringat anak sulung perempuannya. Ega merupakan salah satu dari enam korban meninggal dunia dalam kecelakaan minibus yang terjun ke jurang sedalam 10 meter di Gondosuli, Tawangmangu, Minggu (26/2/2017).

Khuzaini lalu menoleh ke anak bungsunya, Egi, 3. Dia mengusap wajah Egi dan mengelus kepalanya. Bocah lelaki itu tak menyadari kakak perempuannya tidak akan bisa lagi bermain dan bercanda dengannya.

Egi duduk tenang di samping bapaknya. Bahkan saat bapaknya menenangkan ibunya yang menangis dan menjerit, Egi asyik bermain game di handphone. Egi sempat mengelus paha ibunya saat ibunya menyandarkan kepala di dinding sembari mengucap istigfar.

Khuzaini menyampaikan permintaan maaf di sela-sela jerit dan tangisnya mengingat anak sulungnya. “Maafin Mama nak. Anak Mama. Ega anak Mama,” ujar dia sembari menunjuk ke balik partisi tempat jenazah korban kecelakaan di puskesmas.

Sementara itu, Farida Ismania mondar-mandir di lobi puskesmas. Dia meminta bantuan kepada petugas puskesmas, polisi, TNI, maupun sukarelawan untuk mencarikan suaminya, Puji Haryanto. Farida belum mengetahui suaminya meninggal pada kecelakaan itu. Dia meyakini suaminya selamat.

“Pak, bojoku [suamiku], Pak. Peyan padoske [kaucarikan], Pak. Ngagem jas hitam [memakai jas hitam], Pak. Masih hidup. Saya lihat jejak-jejak karena kaki terjepit. Saya masih lihat hidup. Tetapi saya cari enggak ada,” kata dia kepada setiap orang yang dia temui.

Setelah lelah berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain, dia duduk di kursi dari besi. Dia terus meminta bantuan polisi mencari tahu kondisi suaminya. Saat itulah, dia mengetahui Puji meninggal. Tangis Farida pecah. Farida mengingat kejadian sebelum kecelakaan, setelah kecelakaan, dan suasana di dalam minibus.

“Teriak-teriak Allahuakbar saat laju minibus tidak terkendali. Kami tahu kalau remnya blong. Kami duduk di kursi nomor 3 dari belakang sopir. Saya lihat suami masih bergerak. Saya pecah kaca lalu merangkak keluar sembari berdoa. Saya ditolong polisi lalu dibawa ke puskesmas,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Purbowati, salah satu korban selamat. Wati, sapaan akrab Purbowati, mengaku duduk di deretan belakang. Dia menceritakan rombongan kepala SDN Jimbaran Wetan, guru, dan keluarga masing-masing berwisata dalam rangka merayakan kepala sekolah pensiun, guru pindah ke sekolah lain, dan menyambut kepala sekolah baru.

Menurut Wati, tiga orang yang menjadi alasan diselenggarakannya kegiatan itu meninggal pada kecelakaan itu. Wati berulang kali menghela napas saat mengingat kejadian tersebut. Saat kejadian, dia sedang tidur. Wati terbangun karena teriakan penumpang.

“Ini betul-betul mengagetkan. Kami piknik dalam rangka perpisahan sekolah. Waktu turun, minibus enggak berhenti. Kami tahu remnya blong. Semua teriak, saya bangun. Ini betul-betul kejadian yang mengagetkan. Orang-orang yang menjadi alasan piknik ini dilaksanakan meninggal semua,” ujar dia. Acara perpisahan itu pun akhirnya menjadi perpisahan terakhir bagi mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya