SOLOPOS.COM - Suasana rumah duka korban kecelakaan di Candi Cetho, Feranita Decca Williawaty, 32, dan Silvia, 25, di Kampung Mantingan, RT 001/RW 006, Kelurahan Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Rabu (13/7/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Kecelakaan Karanganyar mengakibatkan dua orang dari satu keluarga di Sukoharjo meninggal dunia.

Solopos.com, SUKOHARJO – Raut kesedihan tak bisa disembunyikan Joko Sukono saat menyalami sejumlah pelayat yang berdatangan ke rumahnya di Kampung Mantingan, RT 001/RW 006, Kelurahan Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo. Memakai baju warna putih lengkap dengan peci hitam, Joko sesekali menitikkan air mata saat berjabat tangan dengan para pelayat. Maklum saja, Joko kehilangan kedua anaknya yang meregang nyama saat terlibat kecelakaan lalu lintas di jalur menuju objek wisata Candi Ceto, Jenawi, Karanganyar, pada Selasa (12/7/2016).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kedua anaknya adalah Feranita Decca Williawaty, 32, dan Silvia, 25. Mereka dimakamkan di Pemakaman Wonorawai, yang letaknya hanya berjarak ratusan meter dari rumahnya. Kedua buah hatinya menumpang mobil Daihatsu Ayla berpelat nomor AD 9198 AL yang jatuh ke jurang saat perjalanan menuju objek wisata Candi Ceto. Dalam mobil itu juga terdapat suami dan anak Feranita, Joko Wardoyo dan Rajendra. Mereka hanya menderita luka berat dan kini masih dirawat intensif di RSUD dr.Moewardi, Kota Solo.

Pasangan suami istri (pasutri) Joko Wardoyo-Feranita diketahui kerap berlibur ke luar Sukoharjo selama beberapa hari terakhir. Mereka mengajak sang buah hati menikmati libur Lebaran dengan mengunjungi sejumlah objek wisata. Dalam akun facebook Joko Wardoyo bernama Jack Captain, pasutri ini baru saja berekreasi ke Pantai Parangtritis di Jogja pada Minggu (10/7/2016).

“Beberapa hari terakhir, anak saya sama suaminya memang sering bepergian. Kali terakhir, mereka pergi ke Pantai Parangtritis dan pulang ke rumah pukul 01.00 WIB. Cucu saya yang mengajak liburan,” kata Joko, saat ditemui wartawan di rumah duka, Rabu (13/7/2016).

Selang beberapa hari kemudian, mereka mengajak Silvia untuk jalan-jalan dan berwisata. Mereka pamit hendak berekreasi ke Sendang Ki Truno Lele, kawasan objek wisata Batu Seribu, Bulu. Tak dinyana, ternyata mereka berempat menuju objek wisata Candi Ceto, Karanganyar.

Joko Wardoyo diketahui belum fasih mengemudikan mobil. “Saya tidak tahu kalau anak dan cucu saya pergi ke Candi Ceto. Kalau tahu pergi ke sana, saya sembunyikan kunci mobil. Kondisi medan jalan berliku-liku dan penuh tikungan. Sementara menantu saya belum terlalu fasih mengemudikan mobil. Dia baru bisa mengemudikan mobil setelah menjadi menantu saya,” papar dia.

Feranita diketahui bekerja sebagai fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perkotaan di Sukoharjo. Suaminya meninggal dunia lantaran mengalami pendarahan otak pada 2013. Mereka mempunyai anak semata wayang bernama Rajendra. Setelah 1.000 hari mantan suaminya, Feranita melangsungkan pernikahan dengan Joko Wardoyo pada Maret 2016.

Joko merupakan mantan kekasih Feranita semasa duduk dibangku SMA. “Anak saya menikah lagi setelah 1.000 hari suaminya. Belum lama, usia pernikahan mereka sekitar empat bulan,” tutur dia.

Semasa kecil, Rajendra telah ditinggal pergi bapaknya. Kini, ia harus kembali menerima takdir Sang Khalik ditinggal pergi ibunya untuk selamanya. Selama ini, Rajendra sangat dekat dengan kakek dan neneknya dibanding ibunya.

Sepeninggal ibunya, Joko berencana mengasuh dan membimbing cucunya yang kini duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).

“Saya punya firasat buruk sebelum kejadian. Keramik dinding tiba-tiba jatuh dua kali pada beberapa hari lalu. Saya berpikir, mungkin saya akan kehilangan dua anak. Firasat itu benar jika disambung-sambungkan,” terang Joko.

Seorang kerabat korban, Bambang Wilopo, mengatakan sangat kehilangan sosok kakak-adik yang terlibat kecelakaan saat perjalanan menuju objek wisata Candi Ceto. Mereka dikenal sebagai sosok yang ramah dan supel dengan sanak family maupun tetangga rumah. Feranita kerap memberi barang kepada keponakannya. Dia juga sering mengajak kerabat keluarganya pergi jalan-jalan sekadar bersantai.

Mereka juga aktif berinteraksi dengan tetangga rumah saat ada kegiatan atau acara hajatan.

“Saya sangat dekat dengan keduanya. Saat pergi selalu mengajak saya. Mereka sangat supel dan ramah terhadap semua orang termasuk warga setempat,” kata dia.

Hal senada diungkapkan rekan kerja korban, Rina. Selama ini, Feranita selalu melaksanakan tugas sebagai fasilitator PNPM Perkotaan secara maksimal. Dia sering turun lapangan bertemu langsung dengan pamong masyarakat untuk mendampingi berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bahkan, ia rela pulang larut malam tatkala harus menghadiri rapat atau pertemuan fasilitator PNPM Perkotaan maupun masyarakat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya