SOLOPOS.COM - Nur Haryanto foto bersama keluarganya. (JIBI/Harian Jogja/IST)

Kecelakaan helikopter di Sumatera Utara membawa duka bagi warga Sleman.

Harianjogja.com, SLEMAN-Dua warga Sleman ikut menjadi penumpang Helikopter EC-130 yang hilang kontak di kawasan Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak banyak kata yang bisa keluar dari bibir anggota keluarga ini. Raut wajah sedih dan saling duduk seakan menunggu kepastian di ruang tamu sebuah rumah di Tegal Bojan RT04/RW2 Somodaran, Purwomartani, Kalasan.

Ekspedisi Mudik 2024

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba saja, seorang wanita kira-kira berumur 45 tahun keluar dari sebuah kamar bagian depan dengan dipapah kerabat lainnya. Tapi, tak lebih dari 15 langkah, wanita yang mengenakan baju putih bermotif titik-titik coklat itu terjatuh pingsan. Anggota keluarga lain pun berusaha menenangkan wanita itu dan menggendongnya ke dalam kamar.

Wanita itu adalah Sri Haryani yang sehari-hari tinggal di rumah itu dan bekerja sebagai karyawan salah satu rumah sakit di Kota Jogja. Sedih yang menampar hati, tak lain karena dua anggota keluarganya menjadi penumpang Helikopter EC-130 yang hilang kontak di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Mereka adalah anak satu-satunya, Fransiskus Subihardayan, 22, dan kakak kandung Nur Haryanto, 46. Kabar itu diterima keluarga sejak Minggu (11/10/2015) malam melalui media televisi dan mendapat kepastian pada Senin (12/10/2015) pagi.

Frans dan Haryanto memang menjadi karyawan PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) menjadi kru Helikopter EC-130. Frans merupakan alumnus SMK Penerbangan Lanud Adisutjipto tiga tahun silam. Ia langsung diterima bekerja di perusahaan itu menyusul pamannya, Haryanto yang sejak dulu sudah malang melintang di dunia penerbangan. Sebelum di PT PAS, Haryanto menjadi kru penerbangan di Merpati.

Keduanya kerap bersama, tak terkecuali saat bertugas di Desa Siparmahan, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir dalam memantau lokasi pendaratan helikopter yang dicarter, Minggu (11/10/2015) lalu. Hingga kemudian Heli yang ditumpangi keduanya bersama karyawan serta pilot dan teknisi dinyatakan hilang.

Fransiskus dengan latar helikopter (JIBI/Harian Jogja/IST)

Fransiskus dengan latar helikopter (JIBI/Harian Jogja/IST)

Baik Frans maupun Haryanto, terakhir kali pulang ke Purwomartani pada Desember 2014 silam. Haryanto memiliki anggota keluarga di Surabaya, tapi masih kerap menyempatkan pulang ke Sleman. Bahkan Desember mendatang rencananya Haryanto akan mengumpulkan keluarga besarnya di Kalasan.

“Beliau [Haryanto] orang baik, suka berbagi dengan keluarga dan tetangga,” ungkap seorang wanita tua, Yustasia Parwignyo Sriwinoto, yang juga sesepuh keluarga ini.

Salah satu putra dari Yustasia, telah berangkat ke Medan Sumatera Utara, pada Senin (12/10/2015) siang kemarin. Untuk mewakili keluarga dalam memantau posko pencarian. Dari Kalasan, Sleman, keluarga belum melakukan tindak lanjut apapun selain mengirim doa dalam hati agar Helikopter segera ditemukan dan penumpang dalam keadaan selamat. “Saya harap bisa selamat,” ucapnya.

Beberapa detik setelah berucap, wanita berumur sekitar 65 tahun ini tak kuasa menahan air yang keluar dari kelopak matanya. Suasana kembali hening, keluarga sangat menunggu kepastian kondisi Helikopter agar segera ditemukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya