KECELAKAAN BOYOLALI : Pengakuan Sopir Bus, Sebelum Kejadian Mimpi Jelek

Kecelakaan Boyolali (Dok/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI—Kecelakaan karambol, Minggu (21/4/2013), meringsekkan tiga mobil pribadi di sekitar lampu pengatur lalu lintas Ngangkruk, Desa Ngaru-Aru, Banyudono, Boyolali, bermula dari laju bus pariwisata Budi Jaya tak terkendali. Sopir bus berplat nomor H 1734 CA, Cipto Roso, 57, warga Demak, mengaku laju bus pengangkut 28 penumpang itu sekitar 30 km/jam hingga 40 km/jam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cipto mengaku sebelum kejadian dia mimpi jelek. Apakah itu?

Cipto Roso terlihat sering menangis saat memberikan keterangan kronologi kejadian, Senin (22/4), kepada wartawan di Kantor Satlantas Polres Boyolali.

“Saya berangkat dari garasi pukul 05.00 WIB, lalu menjemput penumpang di gereja di sekitar Simpang Lima [Semarang]. Tujuan Hotel Paragon, ada acara kaum nasrani,” kata Cipto terbata-bata menahan tangis.

Sebelum kejadian, lanjut dia, penumpang meminta bus dibelokkan ke SPBU Teras.

“Sekitar 10 menit berhenti karena penumpang pengin ke toilet, lanjut berangkat dan saat lampu merah [Ngankruk menyala] rem tak bisa berfungsi. Saya berupaya mengoper gigi empat ke tiga tapi tak bisa, ya Allah, saya teriak,” ulasnya.

Cipto mengaku masih berupaya memperlambat kelajuan busnya. Dia tak berani membanting setir ke kiri karena takut bus oleng.

Bus jenis Hino RG keluaran sekitar 1997 itu, dikenalnya memiliki rem yang kuat. Dia pun tak menyangka tak berfungsinya rem membuatnya trauma. “Saya tak doyan makan. Saya janji setelah ini tak akan nyopir lagi. Usia saya 57 tahun, anak, istri. Kejadiannya 30 detik dan saya langsung dibawa pak polisi,” ujarnya diiringi tetesan air mata.

Cipto mengaku benar-benar trauma akibat musibah yang menimpa itu. “Mungkin sugesti, sekitar sepekan lalu saya mimpi kecipratan kotoran manusia. Apa ya ini,” tukasnya.