SOLOPOS.COM - Tim search and rescue (SAR) gabungan berusaha memasang jaring untuk mencari korban tenggelam di Sungai Bengawan Solo, seputaran kawasan Pucangsawit, Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/5/2014) malam. Korban tersebut tenggelam saat berusaha melarikan diri dari kejaran polisi ketika sedang bermain judi merpati di bantaran sungai. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Kecelakaan air, banyaknya sampah menjadi terkendala tim SAR dalam mencari korban hanyut Bengawan Solo.

Solopos.com, SRAGEN–Banyaknya sampah hanyut ke Sungai Bengawan Solo menjadi kendala pencarian Danang, 6, siswa Kelas I SD asal RT 005/RW 003, Kampung Debegan, Mojosongo, Jebres, Solo, yang hanyut sejak Senin (24/2/2016) lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hingga Rabu (24/2/2016) tim gabungan Search and Rescue (SAR) yang berjaga di Jembatan Sapen, Gesi, Sragen, masih terus memantau aliran Sungai Bengawan Solo. Berbekal tenda darurat sederhana di pinggir badan jembatan, tim gabungan yang terdiri atas SAR Himalawu, SAR MTA dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) masih memelototi setiap benda yang terapung dan terbawa arus Sungai Bengawan Solo.

Upaya pencarian korban hanyut itu terkendala oleh banyaknya sampah yang terbawa arus. Debit air yang tinggi mengakibatkan jumlah sampah yang hanyut ke sungai meningkat.

“Sampahnya luar biasa banyak. Ada ranting dan dahan bambu hingga satu barongan [rumpun bambu]. Ada pula sampah rumah tangga baik itu plastik, bantal, guling dan lain sebagainya. Banyaknya sampah yang hanyut ke sungai juga tidak memungkinkan untuk pemasangan jaring. Belum ada lima menit, sudah dipastikan jaring itu akan jebol,” kata Komandan SAR Himalawu, Tri Harsono alias Brindil, saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Diakui Tri Harsono, banyaknya sampah yang hanyut ke Sungai Bengawan Solo itu menghalangi pemandangan di permukaan aliran air. Banyaknya sampah itu menuntut tim SAR lebih jeli dan waspada dalam mengamati setiap benda yang hanyut di sungai. ”Seandainya korban itu hanyut di balik sampah tentu tidak kelihatan. Kalau kami tidak jeli, bisa lolos dari pengamatan. Apalagi korban tenggelam kali ini masih kecil,” terang Tri Harsono.

Tim gabungan sudah memantau aliran Sungai Bengawan Solo dari Jembatan Sapen sejak Selasa (23/2/2016) sore. Sekitar 30 personel disiagakan untuk memantau permukaan sungai dari atas jembatan. Untuk pemantauan pada malam hari, tim gabungan mengandalkan nyala lampu tembak dan senter. Tim gabungan juga menyiagakan satu unit perahu landing craft rubber (LCR) guna menangkap tubuh korban jika sudah terdeteksi.

Tri Harsono menjelaskan selama ini pemantauan melalui Jembatan Sapen cukup efektif untuk mencari korban tenggelam, baik dari Solo, Karanganyar, Wonogiri, Klaten maupun Sukoharjo. Pada Kamis (11/2/2016) lalu, tim SAR Himalawu berhasil menemukan korban tenggelam asal Mojolaban, Sukoharjo. Setelah terdeteksi, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menangkap korban setelah dikejar sejauh 7 km menggunakan perahu LCR. Setelah tertangkap, tim SAR masih harus berjuang selama 30 menit untuk membawa korban mengendarai perahu dengan cara melawan arus.

”Dulu, kami melihat korban pukul 01.46 WIB. Pada pukul 03.00 WIB, kami baru bisa mengangkat korban ke atas jembatan,” terang Tri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya