SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Kedelai produksi Wonogiri dinilai hanya mampu mencukupi kebutuhan pengrajin di Soloraya untuk waktu dua bulan. Hal ini karena petani di Wonogiri hanya menanam kedelai untuk satu musim tanam.

Selain itu, lahan yang ditamani kedelai pun tidak banyak meski hasil panen di Wonogiri memiliki kualitas yang bagus. Oleh karena itu, menurut Ketua Badan Kerja Sama (BKS) Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Soloraya, Sudiro, hingga saat ini pengrajin tahu dan tempe masih sangat tergantung pada tengkulak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Padahal harga yang diberikan tengkulak cukup mahal. “Harga normal biasanya Rp8.000-Rp8.250 per kilogram. Tapi kalau di tengkulak bisa sampai Rp8.400 per kilogram,” papar Sudiro kepada solopos.com, Kamis (3/4/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Tengkulak tersebut sudah menguasai pasar kedelai tidak hanya di Solo tapi juga Soloraya. Oleh karena itu, harga tersebut sangat memberatkan pengrajin tahu dan tempe. Mengenai fenomena yang tak kunjung berhenti tersebut, dia mengaku tidak bisa berbuat banyak.

Pihaknya sangat berharap impor kedelai oleh Badan Urusan Logistisk (Bulog) bisa segera terealisasi. Sedangkan impor yang sudah dilakukan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakopti) hingga kini belum sampai ke Soloraya.

Padahal pihaknya sangat berharap hal tersebut dapat terealisasi untuk menghidupkan Primkopti yang ada di Soloraya. Dia menuturkan hingga kini sulit untuk membeli barang langsung dari produsen karena kekurangan modal. Hal ini mengingat minimal pembelian kedelai di distributor yang ada di Jakarta, Surabaya atau Semarang harus 15 ton.

“Kalau mau membeli sendiri [ke distributor] juga kurang efektif karena harus ada tambahan biaya transportasi ke Solo, belum lagi nanti disalurkan ke primkopti di masing-masing kabupaten. Biayanya jadi makin besar,” ujarnya.

Menurut dia, jumlah pasokan tidak ada kekurangan hanya harganya yang sangat tinggi. Hal tersebut mengakibatkan saat ini pengrajin hanya bertahan dengan keuntungan yang sangat minim. Sudiro menyampaikan saat ini pengrajin bertahan karena kebanyakan hanya hal tersebut yang bisa dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya