SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyaluran air bersih. (Burhan Aris N./JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pengeboran 400 unit sumur dalam di daerah rawan kekeringan yang tersebar di Indonesia.

Kepala Bidang Perencanaan Umum, Kementerian ESDM, Edi Prabowo, mengatakan pengeboran sumur dalam di daerah rawan kekeringan sudah dimulai sejak 2005 silam. Dengan tambahan 400 unit itu, maka jumlah sumur dalam yang bakal dibangun Kementerian ESDM hingga 2014 mendatang mencapai 800 unit. Dia mengakui Kementerian ESDM tidak mampu memenuhi kebutuhan sumur dalam di semua daerah rawan kekeringan di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami tentu akan memprioritaskan daerah yang lebih padat penduduknya. Kami tidak mungkin memenuhi semuanya. Tetapi kami berusaha secara bertahap untuk memenuhi air yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat,” jelas Edi saat ditemui wartawan di sela-sela Rapat Paripurna Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat bersama ratusan kepada desa (kades) di Jawa Tengah di Hotel Lor-In Solo, Sabtu (23/11/2013).

Ekspedisi Mudik 2024

Penyuluh lapangan dari Kementerian ESDM, Santoso menambahkan, sumur dalam yang dibor itu memiliki kedalaman sekitar 120 meter dari permukaan tanah. Setelah mengebor sumur dalam, Kementerian ESDM juga memberikan bantuan mesin pompa sekaligus filter untuk penyaringan air menjadi layak konsumsi.

“Setelah sumur selesai dibor dan warga mendapatkan bantuan mesin dan filter, maka tanggung jawab kami selesai. Aset itu kami serahkan kepada pemda [pemerintah daerah] setempat. Sebelum ada alokasi dana untuk biaya perawatan dari pemda, pengelolaan sumur dalam itu menjadi tanggung jawab warga sekitar,” terang Santoso.

Santoso menjelaskan pengalokasian anggaran dari pemda untuk perawatan sumur dalam itu setidaknya membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Selama masa transisi itu, warga diharuskan mengelola sumur dalam secara swadaya. Dia mengakui cukup banyak warga yang mampu mengelola sumur dalam itu secara swadaya.

Kendati demikian, beberapa sumur dalam itu justru dibiarkan mangkrak alias tak bertuan. Dia mengklaim jumlah sumur dalam yang mangkrak itu relatif sedikit. “Kalau yang sudah maksimal pengelolaannya sudah banyak, kalau yang tidak terawat paling hanya satu atau dua unit,” ungkapnya.

Atas dasar itu, lanjut Santoso, pihaknya menggelar koordinasi dengan ratusan kades di Jawa Tengah untuk membahas kelanjutan dari pengeboran sumur dalam itu. Ratusan kades yang hadir dalam pertemuan itu antara lain berasal dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Klaten, Demak, Magelang, Semarang, Purworejo dan Wonogiri.

“Kegiatan ini bertujuan membentuk wadah atau paguyuban agar warga setempat bisa mengelola atau merawat sumur dalam bantuan dari Kementerian ESDM itu tanpa harus bergantung kepada pemda maupun pemerintah pusat. Dengan begitu, barang yang sudah dihibahkan itu bisa bermanfaat secara berkesinambungan,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya