SOLOPOS.COM - Topeng Monyet (JIBI/Solopos/dok)

Topeng Monyet (JIBI/Solopos/dok)

Topeng Monyet (JIBI/Solopos/dok)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo mengikuti langkah DKI Jakarta dalam penertiban terhadap seniman topeng monyet. Dengan pendekatan persuasif, kini perempatan jalan di Kota Bengawan mulai bersih dari eksploitasi hewan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Satpol PP, Sutarjo, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Kamis (31/10/2013), mengaku telah mendata seniman topeng monyet yang mengais rezeki di Kota Bengawan. Hasilnya, dia mencatat ada belasan orang yang menjadikan topeng monyet sebagai pekerjaan.
”Mereka sudah kami minta tidak beraktivitas lagi. Sekarang jumlahnya sudah mulai berkurang,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan, aktivitas topeng monyet biasanya ditemui di perempatan Gendengan, perempatan Ngemplak, perempatan Dawung, Kandang Sapi, Jl. M.T. Haryono, perempatan Gading hingga event car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi.

Namun, sejumlah titik seperti di perempatan Gendengan, Jl. M.T. Haryono dan CFD mulai steril dari topeng monyet.

Sutarjo mengatakan rata-rata seniman topeng monyet berasal dari Soloraya sampai Jawa Barat.

”Kalau mereka dari luar Solo ya kami bina terus kami suruh pulang. Kalau sudah diperingatkan tiga kali masih ngeyel, kami sita monyetnya,” tegas dia.

Dia mengklaim selama ini seniman topeng monyet cukup kooperatif dengan upaya Pemkot. Hingga tindakan terakhir, belum satu pun monyet yang ia sita akibat penolakan penertiban. Namun, pihaknya berjanji terus menggelar patroli simultan untuk menghapus topeng monyet di Kota Bengawan.

Selain alasan eksploitasi hewan, Sutarjo menilai topeng monyet harus ditertibkan karena mengganggu pengguna jalan. Menurutnya, aktivitas topeng monyet di persimpangan jalan berisiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

”Tidak semua orang berani sama monyet. Kalau warga panik terus memacu kendaraannya gimana. Monyet jalanan seperti itu juga berisiko menularkan penyakit rabies.”

Wali Kota, F.X. Hadi Rudyatmo, menilai pemahaman terhadap asal usul seniman topeng monyet penting dalam penertiban aktivitas itu. Jika seniman tersebut warga Solo, Rudy bakal mencarikan solusi agar warga tetap memiliki penghasilan.

Namun jika pelaku berasal dari luar Solo, dia akan mengembalikannya ke daerah asal.

”Namun intinya penyiksaan terhadap hewan seperti itu tidak boleh dilakukan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya