SOLOPOS.COM - Pegawai Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Iwan, mencuci tangan sebelum masuk kantor, Jumat (26/11/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI – Kebiasaan mencuci tangan sebagai bagian dari protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 pada saat ini ternyata sudah membudaya di kalangan nenek moyang masyarakat Jawa.

Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, Maret 2020 lalu, Iwan, pegawai di lingkungan Pemkab Wonogiri terbiasa mencuci tangan untuk mencegah penularan Covid-19, terutama sebelum dan sesudah beraktivitas. Iwan membuka keran lalu mencuci tangan sebelum masuk ke kantornya, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Sekretariat Daerah Setda Wonogiri, Jumat (26/11/2021) pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemerintah dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 dari tingkat pusat hingga daerah tak berhenti mengampanyekan protokol kesehatan kepada masyarakat, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Baca Juga: Getol Lawan Covid-19, Astra Gelar Festival Kesehatan Lagi

Ekspedisi Mudik 2024

Jika dari beraktivitas di luar rumah masyarakat diimbau mandi untuk memastikan tidak ada virus yang menempel di badan. Pemerintah mendorong masyarakat membiasakan diri menjalankan protokol kesehatan itu. Sebab, protokol kesehatan merupakan senjata ampuh melawan Covid-19.

Sejatinya budaya Jawa sejak zaman dahulu sudah mengajarkan kebiasaan baik membersihkan diri. Jika sekarang pemerintah meminta masyarakat rajin mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas, budaya Jawa sejak dulu mengajarkan tidak hanya mencuci tangan, tetapi juga mencuci kaki, dan mencuci muka.

Pelaku budaya yang juga Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Eko Sunarsono, saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Jumat, mengatakan pembersihan diri menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jawa.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 Wonogiri Dipuji Staf Presiden: Sudah On The Track

Kebiasaan membersihkan diri yang dianut masyarakat Jawa zaman dulu memiliki filisofi mendalam dan masih sangat relevan diterapkan sekarang, terutama pada masa pandemi Covid-19 ini.

Masyarakat Jawa zaman dulu terbiasa mencuci tangan, kaki, dan muka sebelum masuk rumah setelah beraktivitas di luar rumah, terlebih sesudah takziyah atau dari permakaman. Oleh karena itu, setiap keluarga memiliki sumur yang biasanya berada di depan rumah.

Masyarakat menempatkan sumur biasanya di sudut utara-timur atau utara-barat pekarangan rumah. Kebanyakan rumah warga menghadap selatan atau utara. Banyak sumur yang berada di depan rumah.

Baca Juga: Gencar Operasi Yustisi, Masih Ada Saja Warga Wonogiri Tak Pakai Masker

Lantaran sumur berada di luar rumah, penghuni rumah atau tetangga bisa dengan mudah mengambil air untuk mencuci tangan, kaki, dan muka sebelum masuk rumah.

“Itu supaya senthegkliwer atau sesuatu hal buruk yang tidak terlihat yang ikut menempel pada tubuh hilang. Orang dahulu memaknai sesuatu itu selalu dengan hal abstrak, tetapi sejatinya dalam konteks pembersihan diri itu untuk kebaikan, untuk kesehatan diri,” ucap Eko yang juga seorang dalang wayang kulit itu.

Jika dimaknai dalam konteks sekarang, budaya bersih diri tersebut untuk menghilangkan kuman atau bakteri yang melekat di tubuh setelah sebelumnya beraktivitas.

Baca Juga: PTM Madrasah dan SMA/SMK Sesuaikan Kebijakan Pemkab Wonogiri

Eko mencontohkan kebiasaan mencuci tangan, kaki, dan muka setelah dari permakaman. Kebiasaan itu dapat dimaknai untuk membersihkan diri dari bakteri/kuman yang melekat setelah beraktivitas dari permakaman.

Kebiasaan bersih diri lainnya dalam budaya Jawa, seperti mencuci tangan menggunakan air bersih di gentong sebelum mengunjungi bayi baru lahir. Orang dahulu berpikir hal itu dilakukan agar si bayi tidak terkena sawan atau sesuatu hal abstrak yang bisa berakibat buruk.

Pemaknaan sekarang, bersih diri itu agar tangan steril dari kuman sehingga saat berada di dekat atau menyentuh bayi, bayi aman.

Baca Juga: Belajar dari Wonogiri, Kini Sragen Jadi Juara Umum Daya Saing Daerah

“Ada juga tradisi mandi sebelum menjalani aktivitas tertentu. Artinya, pembersihan diri yang saat ini terus digaungkan untuk mencegah penularan Covid-19 sebenarnya sudah ditanamkan sejak zaman dulu. Orang dahulu yang masih hidup sampai sekarang tidak kaget lagi soal itu. Mereka paham betul bahwa pembersihan diri untuk kebaikan. Terlebih, air itu adalah simbol kehidupan,” tutur Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya