SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Kebutuhan guru Pedalangan di Solo masih kurang. Sehingga dinilai perlu adanya penambahan. Persoalannya, tidak ada Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memiliki Jurusan Pedalangan. Sedangkan Akta V sebagai syarat menjadi guru sudah tidak berlaku lagi.

SMKN 8 Solo merupakan satu-satunya sekolah tingkat menengah yang memiliki Jurusan Pedalangan. Saat ini terdapat 5 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2 Guru Tidak Tetap (GTT), dan 2 guru pembantu pengiring yang semuanya memiliki latar belakang Pedalangan. “Kebanyakan memang dari ISI [Institut Seni Indonesia]. Kan ada Akta IV,” ungkap Kepala SMKN 8 Solo, Ties Setyaningsih, saat ditemui solopos.com, di ruang kerjanya, Kamis (17/4/2014).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun jumlah guru Pedalangan tersebut dinilai masih kurang. Terlebih pada dua tahun mendatang, beberapa guru Pedalangan tersebut sudah memasuki masa pensiun. Jika sebelumnya untuk memenuhi kekurangan guru tersebut dapat dilakukan dengan mengangkat GTT, sambungnya, mulai tahun ini akan sulit. Sebab sekarang sekolah tidak dapat mengangkat GTT sembarangan. “Padahal untuk CPNS [Calon Pegawai Negeri Sipil], kan harus memiliki kompetensi sebagai guru,” ujar dia.

Disampaikan Wakil Kepala SMKN 8 Solo, Wagimin, saat ini SMKN 8 memiliki tiga rombel khusus untuk Jurusan Pedalangan. Setiap rombel jumlah siswanya antara 9 hingga 10 orang. “Nah kalau sedang praktik, ketika salah satu siswa mendalang, yang lain mengiringi. Ada sekitar 16 instrumen yang ditabuh. Sedangkan jumlah pendamping pengiring itu hanya 2. Ya masih kurang,” terang dia.

Menurutnya, jika kondisi tersebut dibiarkan akan sangat sayang. Mengingat Jurusan Pedalangan di SMKN 8 merupakan jurusan unggulan. Dia mengatakan jumlah peminat Jurusan Pedalangan SMKN 8 Solo masih yang paling tinggi jika dibandingkan daerah-daerah lain.

Selain SMKN 8, Solo juga memiliki SMK yang fokus pada seni, yaitu SMKN 9. Hanya saja bedanya, jika SMKN 8 lebih fokus pada seni pertunjukkan, SMKN 9 lebih fokus pada seni rupa. Seperti diketahui, saat ini di Indonesia sudah banyak LPTK yang membuka Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Sehingga untuk pemenuhan tenaga pendidiknya tidak ada masalah.

“Tidak ada masalah untuk tenaga pendidik. Sebab kalau seni yang ada di SMKN 9 ini kan notabennya normatif, sifatnya kriya. Di FKIP [Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan] sudah ada,” ujar kepala SMKN 9 Solo, Sriyadi, saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Kamis. Kondisi tersebut sangat mendukung untuk penyediaan tenaga pendidik. Sebab diakuinya, untuk menjadi guru, harus berlatar belakang keguruan. “Kan harus dari FKIP, Akta IV sudah tidak berlaku,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya