SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan selama peralihan musim hujan ke musim kemarau.

 

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

 
Harianjogja.com, SLEMAN- Memasuki masa pancaroba, potensi bencana di wilayah Sleman diprediksi meningkat. Warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan selama peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan saat ini DIY memasuki masa pancaroba. Peralihan antarmusim tersebut berlangsung hingga pertengahan April mendatang. “Selama masa pancaroba, kami menghimbau agar masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan terjadinya bencana. Sebab potensi terjadi bencana lebih tinggi dibandingkan sebelumnya,” kata Setiono kepada wartawan, Senin (14/3/2016).

Dia memaparkan, bencana yang kerap terjadi selama masa pancaroba cukup beragam. Selain angin kencang, masyarakat diimbau mewaspadai petir dan hujan yang intensitasnya tinggi. Derasnya hujan, berpotensi menimbulkan luapan air sungai. Kondisi tersebut menyebabkan banjir. “Kalau hujan lebat terjadi di wilayah atas (lereng Merapi), itu bisa menimbulkan peningkatan aliran di sungai-sungai berhulu Merapi beserta anak sungainya. Banjir lahar hujan,” katanya.

Tingginya intensitas hujan, lanjut Setiono, dapat memicu bencana longsor di beberapa wilayah. BPBD mencatat, sejumlah wilayah memiliki potensi longsor seperti Cangkringan dan Prambanan. “Kami berharap, masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana yang terjadi. Seperti melakukan pemantauan rutin, apa ada rekahan yang bisa menimbulkan longsor. Jadi perlu diantisipasi potensi bencana sebelum terjadi,” ujarnya.

Sementara, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengatakan, sungai-sungai yang berhulu Merapi seperti Boyong, Kuning, Gendol, Opak, dan Krasak mengalami penyempitan dan pendangkalan. Kondisi tersebut memicu terjadinya luapan air sungai dan menyebabkan bencana banjir. “Di beberapa titik, aliran sungai mengalami penyempitan karena digunakan kawasan permukiman. Kalau sudah seperti itu, air sungai tidak dapat menampung kemudian meluap,” kata dia.

Menjamurnya permukiman di sepanjang aliran sungai, diperparah oleh drainase yang buruk. Hal itulah, kata Makwan, air sungai yang meluap menjadi tertahan dan tidak dapat kembali ke sungai. “Ada juga tumpukan sampah yang tertahan di aliran sungai. Itu menjadi faktor yang memperah bencana banjir. Seharusnya, aliran sungai lancar, tidak tersendat karena sampah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya