SOLOPOS.COM - Gunung Semeru (JIBI/Solopos/Antara)

Kebakaran Semeru diyakini disebabkan ulah manusia yang lalai memadamkan api unggun dengan sempurna.

Solopos.com, LUMAJANG – Penyebab kebakaran hutan di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, adalah api unggun yang tidak dipadamkan dengan sempurna.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami sudah berkali-kali mengingatkan pendaki untuk tidak membuat api unggun atau perapian dalam kawasan karena dapat menimbulkan kebakaran, namun hal itu diabaikan oleh pendaki,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu (24/10/2015).

Menurut Ayu, musim kemarau panjang menyebabkan sejumlah vegetasi di dalam kawasan TNBTS menjadi kering dan mudah sekali terbakar, apabila terkena percikan api.

“Setiap pendaki yang akan melakukan pendakian seharusnya membaca peraturan pendakian yang merupakan rambu-rambu yang harus diikuti oleh pengunjung saat berada di dalam kawasan, bahkan sanksi tegas akan dikenakan bila melanggar peraturan pendakian itu,” kata dia.

Ia menyayangkan tindakan pendaki yang ceroboh hingga menyebabkan kebakaran hutan di kawasan Watu Rejeng dan sekitarnya hingga luasannya mencapai 25 hektare.

Kebakaran itu juga mengancam flora dan fauna yang berada di kawasan gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mpdl) itu.

“Seharusnya para pendaki yang mengaku sebagai pecinta alam ikut menjaga kelestarian ekosistem, sehingga tidak berbuat hal-hal yang dapat merusak kawasan konservasi tersebut,” ucap Ayu.

Diberitakan, jalur pendakian gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang tersebut ditutup sementara sejak Kamis (22/10/2015) akibat kebakaran yang melanda kawasan TNBTS itu sejak Selasa (20/10/2015).

Hingga Sabtu ini, api belum berhasil dipadamkan dengan total luas kebakaran mencapai 25 hektare, bahkan kebakaran tersebut sudah mengarah pada jalur pendakian yang biasa dilalui para pendaki.

Data di TNBTS tercatat hampir 90 persen kebakaran yang terjadi di kawasan setempat akibat ulah manusia seperti membuang puntung rokok sembarangan dan membuat api unggun.

Atas kebakaran tersebut, lanjut Ayu, pihak TNBTS akan melakukan evaluasi dan tidak akan terburu-buru membuka jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.

“Pendaki yang ingin mendaki Semeru harus bersabar dulu karena masih banyak tahapan yang harus dilalui sebelum jalur pendakian itu dibuka yakni kebakaran harus benar-benar sudah padam, kemudian petugas membersihkan jalur terlebih dahulu karena dikhawatirkan adanya pohon tumbang akibat kebakaran, dan evaluasi lainnya,” papar dia.

Sementara salah seorang pendaki asal Jember yang hendak mendaki Semeru, Agus menyayangkan tindakan pendaki yang membuat api unggun pada musim kemarau dan tidak memadamkan dengan sempurna.

“Padahal saya sudah berencana dengan teman-teman untuk mendaki Semeru pada akhir Oktober ini, namun harus ditunda karena hingga kini api masih belum berhasil dipadamkam oleh petugas gabungan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya