SOLOPOS.COM - Petugas gabungan TNI. Polri, Perhutani, BPBD, dan warga berjibaku untuk memadamkan api yang membakar hutan di kawasan Cemorosewu, Magetan, Jatim, Senin (26/10/2015). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kebakaran Lawu membuat pipa sepanjang 3,5 km dari 5 km yang ada pecah.

Solopos.com, KARANGANYAR--Sejumlah orang duduk di batu berukuran satu depa orang dewasa. Mereka duduk menghadap semak dan pohon yang gosong maupun mengeluarkan asap. Tidak jauh, berdiri sejumlah anggota TNI dan sukarelawan. Mereka juga memandang ke arah yang sama. Api muncul di antara semak yang mengeluarkan asap. Ranting maupun semak yang terbakar mengeluarkan suara gemeretak. Mereka tidak memadamkan api. Hanya diamati sembari menebas batang pohon, semak, dan tanaman lain di sekitar api.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka sudah bergulat dengan api dan asap sejak Minggu (18/10/2015). Mereka berusaha memadamkan api bersama sukarelawan, Tim SAR, Basarnas, BPBD Magetan, AGL, dan lain-lain.  “Mengamankan pipa air minum supaya enggak membakar pipa lain. Pipa sepanjang 3,5 kilometer [km] dari total 5 km terbakar. Terbakar karena pipa kejatuhan batu, pecah. Ada yang meleleh. Air dari mata air Cemoro Telo untuk kebutuhan rumah tangga tidak lancar. Masih mengalir tapi kecil,” kata warga Dusun Cemoro Sewu, RT 012, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Magetan, Jatim, Marsono, 40, saat ditemui wartawan, Senin (26/10/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Marsono menceritakan air masih mengalir karena sejumlah pemuda di Dusun Cemoro Sewu nekat memperbaiki pipa setelah kebakaran pada Minggu (25/10/2015).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan menyuplai air menggunakan tangki. “Satu hari dua tangki dari BPBD Magetan datang. Gratis. Warga yang mengambil. Udah empat hari ini. Air itu untuk konsumsi 40 keluarga. Air ditampung ke bak penampungan,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Agus. Dia menceritakan sejumlah warga swadaya memperbaiki pipa sekitar dua bulan lalu. Mereka mengeluarkan Rp50 juta, tetapi pipa rusak dan terbakar. Agus menyampaikan warga belum berani menyisir pipa hingga puncak.

“Belum berani memantau sampai atas. Risiko muncul titik api baru dan longsor batu. Kami harus menunggu hujan 1-3 kali. Lalu penyisiran dan perbaikan,” tutur Agus.

Sementara itu, pantauan Solopos.com, warga yang tinggal di sekitar pos pendakian Cemoro Sewu belum menginginkan evakuasi. Padahal, api sudah berjarak 100 meter dari permukiman. Mereka mengaku khawatir, tetapi belum menginginkan pindah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya