SOLOPOS.COM - Sejumlah pendaki berkumpul di dekat pintu masuk pos pendakian Cemoro Sewu, Senin (19/10/2015). Mereka didata oleh sukarelawan di posko Cemoro Sewu. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Kebakaran Lawu memakan korban jiwa para pendaki yang terjebak api.

Solopos.com, KARANGANYAR – Upaya evakuasi para pendaki yang terjebak kebakaran di Gunung Lawu pada Minggu (18/10/2015) lalu melibatkan berbagai unsur termasuk para sukarelawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang sukarelawan yang mengaku bernama Eka, 27, menuturkan evakuasi yang dilakukan siang hari tidak banyak menimbulkan masalah, kecuali, asap, api, dan medan. Namun evakuasi semakin berat saat malam hari karena minim penerangan. 

Geni dan asap e ngeri. Watune rapuh do mbledos dewe-dewe [Api dan asapnya mengerikan. Batu rapuh dan meledak]. Musuhnya ya asap, api, dan batu. Yo ngana kae, menyelamatkan orang, angkut jenazah, dan jangan sampai jadi korban sendiri,” jawab dia saat dihubungi  via telepon genggamnya, Senin (19/10/2015).

Eka yang merupakan sukarelawan Anak Gunung Lawu (AGL) mengaku baru saja turun dari Gunung Lawu pada Senin pukul 18.00 WIB. Ia ikut membantu mengevakuasi tujuh dari sembilan orang pendaki yang terbakar di hutan di Gunung Lawu, Minggu.

Wah aku lali dina. Dina apa ya kae munggahe. Pokoke awan tekan bengi. Aja takon dina ya [Aku lupa hari. Hari apa ya evakuasi, Pokoknya siang sampai malam. Jangan tanya hari ya],” jawab dia. Eka mengaku bertugas kembali pada Selasa (20/10/2015).

Eka menceritakan proses evakuasi yang dilakukan bersama rombongannya di SAR Rescue Unit (SRU) 2. Menurut dia, evakuasi dilakukan di pos 3 dan 4 di jalur pendakian Cemoro Sewu pada Minggu siang hingga malam. 

Dia menuturkan evakuasi semakin berat saat malam hari karena minim penerangan. Sukarelawan tidak bisa memastikan di mana titik api. Kemungkinan api mengintai dari segala penjuru.

Eka menuturkan membantu mengevakuasi tiga korban luka bakar dan empat jenazah. Prioritas evakuasi adalah tiga korban luka bakar kemudian jenazah.

Upaya menurunkan dua dari enam jenazah terakhir terkendala penerangan dan medan. Rencana, dua jenazah terakhir akan diturunkan pada Minggu malam. Tetapi, urung dilakukan karena api dan asap. Eka bercerita satu jenazah berada di pos 2 dan satu lagi di pos 3. Sukarelawan yang membawa jenazah di pos 3 sempat berhenti sejenak. Mereka memastikan situasi aman.

Sementara itu, sukarelawan yang membawa jenazah terhenti di pos 2. Jenazah terpaksa ditinggal di pos 2, sedangkan sukarelawan turun. Alasannya situasi saat itu tidak kondusif. Api merembet ke pos 2.

“Kami berupaya enggak meninggalkan jenazah. Tetapi, sempat ditinggal di pos 2 karena situasi sedikit bahaya. Setelah kondusif naik lagi mengambil [jenazah]. Sukarelawan dan jenazah yang di pos 3 juga turun. Sampai bawah Senin pagi sekitar jam 09.00 WIB,” jelas dia.

Itulah sekelumit cerita dari salah satu sukarelawan AGL yang membantu mengevakuasi sembilan pendaki yang terbakar di hutan di Gunung Lawu. Tim penyelamat harus berhitung tentang arah angin, kemungkinan kobaran api, dan medan bekas terbakar.

Setelah menyelesaikan evakuasi, mereka masih menyisir pendaki yang belum turun dari Lawu.

“Ini sudah bersih. Turun dari Cemoro Kandang. Saya menyisir lewat Cemoro Sewu, tetapi hanya sampai di bawah pos 2. Api sudah masuk pos 2. Genine medun [Apinya turun]. Tetapi, enggak bisa steril [pendaki]. Jik ana wong ritual [Masih ada orang melakukan ritual]. Yen pendaki sudah steril,” pungkas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya