SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KARANGANYAR</strong> — Api masih membara di sejumlah lokasi di <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180904/516/937898/hutan-gunung-lawu-di-ngawi-terbakar" target="_blank" rel="noopener">hutan kawasan Gunung Lawu yang terbakar</a> hingga Senin (10/9/2018).&nbsp;Pantauan <em>Solopos.com</em>, titik api berada di sejumlah lokasi di hutan kawasan Gunung Lawu. Seperti di Bukit Mongkrang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu.</p><p>Di sana, terdapat beberapa titik api di bagian utara bukit yang menyebar dari timur ke barat. Setiap titik api merembet ke area sekitarnya yang didominasi tanaman semak. Titik api dapat terpantau dari Lapangan Tlogodlingo.</p><p>Sejumlah sukarelawan, BPBD Karanganyar, TNI/Polri, bersama warga sekitar berupaya memadamkan api secara manual. Mereka membawa parang, dahan pohon, tongkat, kayu, dan lain-lain untuk memadamkan api. Pemadaman dilakukan dengan memukulkan alat-alat tersebut ke semak yang terbakar.</p><p>Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perum Perhutani Solo, Eka Muhamad Ruskanda, mengatakan pemadaman hanya bisa dilakukan secara manual karena tidak ada peralatan yang mampu menjangkau hingga lokasi. Hingga kini, Perum Perhutani KPH Solo belum dapat menghitung total lahan <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180904/516/937898/hutan-gunung-lawu-di-ngawi-terbakar" target="_blank" rel="noopener">hutan Gunung Lawu yang terbakar</a> sejak beberapa hari lalu di Tawangmangu.</p><p>"Tidak mungkin menggunakan helikopter dan menjatuhkan air. Biayanya mahal. Pemadam kebakaran juga tidak bisa masuk karena lokasi di dalam hutan. Solusinya ya manual dengan memukul api. Melokalisir api agar tidak merembet ke lokasi lain," kata Eka. Eka mengungkapkan lebih dari 100 orang dari berbagai elemen berusaha memadamkan api dan mengamankan pipa saluran air bersih untuk warga.</p><p>Camat Tawangmangu, Rusdiyanto, juga menuturkan keputusan penutupan jalur pendakian berdasarkan masukan AGL dan sukarelawan.&nbsp;"Yang membahayakan itu angin di atas [puncak] besar. Kalau di Cemoro Kandang enggak ada titik api. Teman-teman AGL mengantisipasi pendaki nekat lewat jalan tikus dengan berjaga di pos satu dan dua," ungkap Rusdiyanto.</p><p>Sukarelawan Ceto (Reco), Nardi, mengungkapkan sudah tidak ada pendaki yang naik dari jalur pendakian Candi Ceto. Konsentrasi sukarelawan adalah memangkas pohon yang tumbang akibat angin kencang. Selain itu, pendaki yang turun melaporkan ada <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180904/516/937898/hutan-gunung-lawu-di-ngawi-terbakar" target="_blank" rel="noopener">titik api</a> di sekitar pos 5.</p><p>"Motong pohon yang roboh di jalur pendakian ke arah Candi Kethek dan Puri Taman Saraswati. Angin gede dari kemarin [Minggu]. Rata-rata yang tumbang akasia. Kosong sudah tidak ada pendaki. Pendaki spiritual tetep dilarang. Kami enggak mau ambil risiko. Kasih imbau kalau nekat ya ditanggung sendiri," tutur dia.</p>

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya