SOLOPOS.COM - Petugas pemadam kebakaran dari Satgas Pemadam Kebakaran Bantul tengah berupaya memadamkan api yang membakar lahan hutan di kawasan Dusun Mojosari, Desa Srimartani, Piyungan, Jumat (16/10/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Kebakaran Bantul diprediksi karena kelalaian manusia.

Harianjogja.com, BANTUL-Anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FRPB) Piyungan, Ahmad Yani menduga, kebakaran perbukitan selatan Bantul, titik api kini muncul di perbukitan sisi timur Bantul disebabkan aktivitas pembakaran sampah yang dilakukan oleh warga setempat.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Dugaan itu kian diyakininya setelah ia menemukan adanya sisa pembakaran bekas penggergajian kayu di lokasi kebakaran. Kemungkinan besar, api yang membakar lahan berasal dari pembakaran sisa penggergajian kayu.

“Sepertinya yang membakar sisa penggergajian kayu itu mengira sudah mati, terus ditinggalkan begitu saja.Ternyata apinya masih ada dan ketika tertiup angin menjadi semakin besar,” terangnya, Jumat (16/10/2015).

Hal inilah yang sangat disayangkannya. Setidaknya, sejauh ini peristiwa kebakaran itu sudah terjadi hingga ketiga kalinya di wilayah Piyungan. Diakuinya, keseluruhan kejadian itu sepenuhnya akibat pembakaran sampah yang dilakukan oleh warga dan ditinggalkan begitu saja. Untuk menghindari kejadian kebakaran akibat pembakaran sampah terus terulang, pihaknya berupaya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Sebelumnya, Komandan Satuan Tugas (Kasatgas) Pemadam Kebakaran Bantul Yohannes Widiatmoko mengakui, hampir 90% dari total kejadian kebakaran lahan dan hutan di Bantul memang disebabkan oleh keteledoran masyarakat saat membakar sampah. Ia menuturkan, total 26 kejadian kebakaran lahan dan hutan sejak bulan Agustus lalu, sebanyak 17 di antaranya memang berupa kebakaran lahan.

“Semuanya karena kelalaian masyarakat sendiri,” tegasnya.

Dijelaskannya, meski oleh si pembakar sampah, api sudah dilokalisirnya, namun itu belum menjamin api tak akan merembet. Pasalnya, terpaan angin kencang yang kering mampu memindahkan sisa daun yang masih membara ke titik lainnya. Hal inilah yang dinilainya paling sering menyebabkan terjadinya kebakaran lahan.

Itulah sebabnya, tak hanya memberikan sosialisasi terkait dengan penanggulangan bencana saja, pihaknya kini juga tengah gencar mengampanyekan waspada kebakaran. Salah satu langkah yang dilakukannya adalah dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat pentingnya menjaga lingkungan sekitarnya dari api. “Salah satunya adalah dengan berhati-hati saat membakar sampah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya