SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar, Juliyatmono, (tengah mengenakan baju motif batik kombinasi lurik warna kuning), melemparkan apam saat upacara adat Wahyu Kliyu di Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro pada Selasa (24/8/2021). (Istimewa/Dokumentasi Diskominfo Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR — Warga Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro masih menyelenggarakan upacara adat sebaran apam yang dikenal dengan Wahyu Kliyu pada momen pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4, Selasa (24/8/2021) malam.

Upacara adat Wahyu Kliyu rutin dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan Suro atau 15 Muharam dalam kalender Islam. Momen kali ini bertepatan dengan pemberlakuan PPKM untuk menekan kasus Covid-19 di Karanganyar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Apabila mengacu Instruksi Bupati (Inbup) Karanganyar tentang PPKM Level 4 Covid-19 mengatur larangan kegiatan seni, budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan (lokasi kegiatan seni, budaya, sarana olahraga dan sosial yang dapat menimbulkan keramaian dan kerumunan) ditutup sementara. Inbup juga mengatur konsekuensi terhadap pelanggaran hal itu.

Baca juga: Tak Punya Smartphone, 11 Siswa SMPN 1 Jogonalan Klaten Belajar Daring di Sekolah

Kepala Desa Jatipuro sekaligus sesepuh Dusun Kendal, Rakino, menyampaikan sudah berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 tingkat kecamatan perihal kegiatan itu. Rakino mendapatkan izin dengan catatan penerapan protokol kesehatan.

“Sudah izin. Dari satgas kan yang baku harus menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat taat, semua mengenakan masker saat melaksanakan kegiatan. Kami juga mengatur warga saat prosesi penyebaran apam,” kata Rakino saat berbincang dengan Solopos.com melalui sambungan telepon, Kamis (26/8/2021).

Dia mengatur warga menyebarkan apam bergiliran. Dimulai dari warga yang tinggal di rukun tetangga (RT) ganjil kemudian disusul warga dari RT genap. Rakino menjelaskan alasan warga Dusun Kendal masih menyelenggarakan upacara adat sebaran apam. Menurutnya, masyarakat meyakini Wahyu Kliyu menjadi tradisi berharap berkah, wujud syukur atas rezeki, dan permohonan keselamatan.

“Riwayatnya memang [upacara adat Wahyu Kliyu] untuk menyingkirkan pagebluk. Saat ini kan ada pandemi Covid-19. Tujuan utama malah itu. Masyarakat takut kalau tidak diadakan malah nanti berdampak pada imunitas menurun dan sakit,” tutur dia.

Baca juga: Satnarkoba Polres Klaten Gulung Produsen Tembakau Gorila di Karangnongko

Upacara adat tersebut diselenggarakan secara gotong royong. Sedikit cerita tentang upacara adat itu. Setiap keluarga di Dusun Kendal wajib membuat 344 butir apam untuk upacara adat. Ribuan kue apam akan didoakan pemuka adat di rumah tetua di Dusun Kendal. Apam yang telah didoakan itu dilemparkan ke wadah berukuran besar sembari mengucapkan “wahyu kliyu”. Pada akhir acara, apam dibawa pulang untuk disantap, disimpan, dan dibagikan kepada kerabat di luar dusun.

Nah, ada sejumlah kondisi yang harus diperhatikan selama upacara adat. Warga meyakini wadah apam harus bersih atau baru. Saat membawa tidak boleh dijinjing tetapi disunggi atau diletakkan di bahu. Setiap warga yang sehat wajib menghadiri puncak acara Wahyu Kliyu.

Baca juga: Biodata Muhammad Kace, Youtuber yang Ditangkap Polisi karena Penistaan Agama

Bupati Karanganyar Hadir

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar rupanya menghadiri kegiatan itu. Bupati tersenyum saat Solopos.com menanyakan perihal penyelenggaraan upacara adat di masa PPKM Level 4 saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (25/8/2021).

Bupati secara gamblang mengambil alih tanggung jawab terkait pelaksanaan kegiatan di Dusun Kendal itu.

“Semua taat mengenakan masker, tetapi untuk kerumunan sulit. Tapi kan tak pantau [Selasa] malam itu. Saya juga mengonfirmasi ke Jatipuro soal kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di lokasi itu. Ada satu kasus, tetapi jauh dari lokasi itu. Enggak apa-apa saya pertanggungjawabkan,” tutur Bupati.

Baca juga: Masuk Jateng Wajib Vaksin, Polisi Intensifkan Lagi Penyekatan di Jalur Perbatasan

Orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar beralasan menghadiri kegiatan itu mengemban misi mengedukasi masyarakat perihal pandemi Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan. Selain itu, dia datang untuk menyerahkan sertifikat penetapan Wahyu Kliyu sebagai Warisan Budaya Tak Benda tingkat nasional.

“Saya hadir dalam rangka mengedukasi. Kalau saya tidak datang justru tidak ada edukasi. Sambil menyerahkan piagam,” ungkapnya.

Terlepan dari penyelenggaraan kegiatan yang melanggar Inbup Karanganyar, Yuli, sapaan akrabnya, mengungkapkan banyak manfaat yang dipetik dari kegiatan tersebut. Beberapa di antara kesadaran kolektif untuk gotong royong, menumbuhkan semangat spiritual, dan ekonomi tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya