SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kawasan industri Bantul menghadapi masalah krisis air bersih yang dialami warga di sekitarnya

Harianjogja.com, BANTUL- Warga yang tinggal di kawasan industri di Desa Sitimulyo, Piyungan mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih. Mereka menduga krisis air disebabkan penggunaan sumur dalam oleh sejumlah pabrik di kawasan industri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sukarsih, warga Dusun Banyakan I, Sitimulyo, Piyungan yang tinggal tak sampai satu kilometer dari kawasan industri mengungkapkan, saat ini warga harus menggali sumur dengan kedalaman hingga 25 meter untuk mendapatkan air. “Rata-rata 25 meter, kalau enggak segitu enggak dapat air,” ungkap Sukarsih ditemui Minggu (25/10/2015).

Ia mengakui kemarau panjang turut memicu sulitnya mendapatkan air bersih. Namun warga kata dia juga yakin keberadaan pabrik-pabrik kulit di kawasan industri di desanya turut menyebabkan berkurangnya air tanah.

“Karena pabrik-pabrik itu menggali sumurnya dalam sampai ratusan meter. Kalau dalam begitu, air tanah jadi turun, jadi sumur dangkal sekitarnya kering,” kata dia.

Alhasil, warga harus mandi dan mencuci di Sungai Opak yang kualitas airnya tidak terjamin kebersihannya. Kecuali untuk kebutuhan minum, warga biasanya berkeliling mengambil air di sumur-sumur tetangga yang masing ada airnya.

Warga Dusun Banyakan lainnya, Romadhon menuturkan, kekeringan akibat kemarau tidak pernah separah seperti sekarang. “Dulu juga kering kalau kemarau, tapi sejak ada pabrik-pabrik itu air lebih mudah lagi asat,” tutunya.

Di sumur miliknya, Romadhon sudah memasang dua paralon untuk menyentuh air di dasar sumur. “Ini sudah nambah dua paralon sekitar delapan meter. Kalau biasanya enggak sampai delapan meter sudah ada air. Ini saja tanah di dalam sumur sudah kelihatan,” paparnya.

PT. Adi Satria Abadi (ASA) merupakan salah satu pabrik pembuatan kulit terbesar di Piyungan dengan karyawan mencapai 300-an orang. Wakil Direksi PT. Asa, Diyono membantah asatnya air sumur dikarenakan aktifitas pabrik di kawasan industri.

“Kami di sini sudah sejak 2001 tapi enggak pernah ada masalah soal air kering,” ungkap Diyono. Perusahaan Diyono memiliki dua buah sumur sedalam masing-masing 57 meter dan 48 meter.

Dua buah sumur itu telah mengantongi izin Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bantul. Izin ini memastikan pengambilan air oleh PT. ASA telah dilakukan sesuai prosedur dan tidak menimbulkan masalah lingkungan.

Ia menduga, asatnya air dikarenakan berdirinya sumur milik pemerintah desa sejak dua tahun terkahir ini. Sumur itu untuk mengalirkan air ke warga Sitimulyo yang tinggal di dataran tinggi.

“Di dekat pabrik ini ada sumur dalamnya ratusan meter bantuan pemerintah. Mungkin itu juga bisa menyebabkan turunnya air tanah. Ada lagi satu sumur bantuan pemerintah juga dalamnya ratusan meter tapi itu sudah lama ada,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya