SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jogja–Pasca erupsi besar yang terjadi sejak 3 hari terakhir ini, kondisi kawah Merapi semakin lebar dan membuka ke arah selatan.

Oleh karena itu, luncuran awan panas semakin panjang dan jauh sehingga banyak memakan korban warga yang tinggal lereng selatan Merapi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Semakin membuka dan mengarah ke selatan, hal inilah yang menyebabkan mengapa wilayah selatan dan tenggara lebih banyak memakan korban,” ungkap Kepala BPPTK Subandriyo di kantornya, Jl Cendana No 15 Jogja, Sabtu (6/11).

Dia mengatakan beberapa waktu terakhir ini setelah letusan besar Merapi tidak bisa diamati secara visual. Namun dalam pengamatan hari ini, kawah Merapi yang berada di puncak tampak semakin membuka dan mengarah ke selatan.

“Aktivitas masih tinggi, masih terdengar suara gemuruh dan guguran awan panas. Asap membubung tinggi hingga 2 km,” ujar Subandriyo.

Menurut Subandriyo, sebanyak tiga alat yang di pasang oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BBPTK) rusak terkena awan panas. Namun, BPPTK akan memasang kembali alat pemantau tersebut di tempat yang lebih aman.

Ketiga alat yang rusak itu terpasang di bukit Klatakan, Pusunglondon Kabupaten Magelang dan Deles Sidorejo, Klaten. Sedangkan satu alat yang masih berfungsi terpasang di bukit Plawangan dekat Kaliurang Sleman.

“Mengenai penambahan pemasangan alat pemantau, hari ini temen-temen di lapangan sedang mencari lokasi yang pas untuk pemasangan alat tersebut,” tuturnya.

Menurut dia, rencananya alat pemantau itu akan dipasang di empat stasiun, antaranya di Jrakah, Selo, Boyolali dan Keteb, Sawangan, Magelang. Sedangkan dua alat lainnya masih dicari lokasi yang cocok.

“Salah satu dari pemasangan alat itu, kita usahakan akan selesai hari ini,” ucapnya.

Untuk pemasangan alat pemantau lanjut dia, harus memenuhi standar untuk monitoring gunung api. Pertama, standar yang harus dipenuhi diantaranya harus memiliki alat pemantau seismograf minimal 4 buah.

Kedua, alat pemantau untuk melihat deformasi di puncak, yaitu pengamatan visual baik itu dari GPS (Global Positioning System) maupun EDM (Electronic Distance Measurement). Ketiga, pemantau geokimia, yaitu pengamatan untuk memantau gas-gas yang dikeluarkan saat erupsi.

dtc/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya