SOLOPOS.COM - Budi menunjukkan beberapa produk sablon yang sudah diselesaikan. (JOKO Nugroho/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA- Kaus asli Jogja mampu menjadi suvenir khas bagi wisatawan. Usaha tersebut terus tumbuh seiring dengan makin banyaknya wisatawan yang datang ke Jogja.

Sejumlah kaus bergambar ciri khas Jogja, seperti angkringan, wayang dan lainnya saat ini diburu wisatawan. Kaus-kaus tersebut sudah sejajar dengan bakpia dan batik untuk dijadikan suvenir bagi wisatawan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemilik Jogja T-shirt, Sugiyanto mengatakan ide pendirian usaha ini dimulai dari banyaknya komplain konsumen mengenai kualitas kaus yang dijual di Jogja. Harga jual yang terlampau tinggi tidak sebanding dengan kualitas. Adapun kaus bertema Jogja banyak dicari sebagai suvenir.

“Dari situ punya pemikiran mengeluarkan kaus dengan merek sendiri. Setelah melihat pasar, saya belum menemukan kaus yang berciri khas, identik atau menggambarkan Jogja,” jelasnya saat ditemui di showroom dan workshop Jogja T-shirt, Jl. Jambon Dusun Baturan RT. 01 RW 19 Trihanggo, Sleman, Jumat (4/4/2014).

Sebagai contoh, kata dia, wayang. Produk budaya ini khas Jogja, tetapi belum ada yang fokus mengembangkan. Kalau pun ada, kata dia, jenis sketsa atau kualitas gambar tidak detail.

Selain itu, Jogja juga memiliki aneka keunikan yang tidak ditemukan di daerah lain seperti Benteng Vredeburg, angkringan maupun gedung heritage Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI), Kantor Pos Besar Jogja hingga Kantor BNI 46.

Penggambaran setiap desain secara detail ini berusaha dituangkan tim kreatif Jogja T-shirt secara total. Setiap produk juga disertai master desain untuk mengurangi risiko peniruan. Upaya ini juga dapat menjadi solusi saat permintaan pasar atas produk lawas mulai menjadi tren. Sebab Sugiyanto percaya segala sesuatu yang bertema budaya tidak habis dimakan waktu. Sebaliknya, semakin lama akan semakin banyak orang mencari.

Sebagai usaha menyegarkan pasar, pihaknya terus mengeluarkan terobosan desain dan produk baru. Misalnya dengan mengeluarkan kaus pasangan antara Arjuna dan Srikandi, Rama Shinta, Bima Arimbi, dan lainnya. Kaus ini menyasar bagi anak muda yang ingin tampil serasi dengan pasangan.

Pemasaran utama dipusatkan di showroom dan workshop Jogja T-shirt serta bekerjasama dengan toko lain di Malioboro.
Harga yang dibandrol unit usaha ini, kata dia, bersaing dengan merek lain. Termurah ia melepas kaus berukuran S dengan harga Rp40.000 sedangkan yang termahal Rp400.000.

“Harganya berbeda-beda karena setiap ukuran harganya berbeda. Yang paling mahal itu kaus batik tulis,” paparnya.
Ditanya mengenai persaiangan, ia mengaku tidak pernah merasa bersaing. Setiap produsen memiliki keunggulan masing-masing sehingga memiliki pasar tersendiri.

Setiap hari ruang usaha ini memproduksi hingga 500 kaus. Namun kapasitas tersebut sekarang ditambah menjadi 2.000 kaus per hari. Menurut dia pertambahan ini tidak lepas dari pertumbuhan pasar yang terus mengalami peningkatan.

“Sejak tahun 2009 sampai 2014 lonjakan produksi dan penjualan lebih dari 100 persen. Karena itu kami terus memperbesar mengikuti kemauan pasar,” ungkapnya.

Konsumen Jogja T-shirt, kata dia, tidak hanya dari dalam negeri. Wisatawan asal Malaysia, Singapura, Amerika dan negara lain juga tertarik pada jenis kaus bertema budaya ini. Pria tersebut beralasan semua ini tidak lepas dari jejaringan yang telah dikembangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya