Suatu hari, Cempluk sambat karena uang belanja sudah menipis, padahal ia harus nyangoni anak-anaknya ke sekolah. Jon Koplo pun cancut taliwanda, tanpa sepengetahuan istrinya, ia ngoperasi barang-barang bekas yang dianggap tidak terpakai, mulai dari koran bekas, sepatu, tas hingga peralatan rumah tangga. Barang-barang itu dimasukkan dalam karung lalu dibawa ke tukang rosok.
“Lumayan Bu, bisa buat nyangoni anak-anak,” kata koplo disambut senyum ceria Cempluk.
Esoknya, pas hari Minggu (13/1) pasangan suami istri ini akan pergi njagong manten. Namun saat akan berangkat, Cempluk kelabakan mencari sesuatu.
Esoknya, pas hari Minggu (13/1) pasangan suami istri ini akan pergi njagong manten. Namun saat akan berangkat, Cempluk kelabakan mencari sesuatu.
“Cari apa ta, Bu?” tanya Koplo yang sudah siap di teras.
Cari tas cokelat yang biasa tak pakai buat jagong itu lho. Kok nggak ada. Di mana ta, Pak?” jawab Cempluk.
“Anu… Bu. Sing gedhe pangapuramu. Tasnya kemarin katut terjual ke tukang rosok,” jawab Koplo.
“Piye ta, Pak! Apa-apa kok dijual! Lama-lama isi rumah ini habis dirosok!” Cempluk ngomel-omel tak keruan.
Koplo tak bisa berkutik. “Ya wis engko tak ijoli,” katanya ngeyem-yemi.
Akhirnya, Cempluk pun berangkat jagong dengan muka njegadul, sementara Koplo hanya bisa pringas-pringis ngampet guyu.
Nur Aini, Jawes RT 001/RW 021 Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo