SOLOPOS.COM - Sapardi Djoko Damono pada acara Meet and Greet Book Signing Sapardi Djoko Damono di Toko Buku Gramedia di Jl. Slamet Riyadi Solo, Rabu (27/9/2017) petang. (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Sastrawan kenamaan Sapardi Djoko Damono menilai sastrawan Indonesia zaman sekarang lebih beruntung karena Internet.

Solopos.com, SOLO — Kehadiran teknologi Internet banyak membantu para sastrawan dalam hal pemasaran karya maupun pengayaan kosakata. Hal itu diungkapkan sastrawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono, saat berbincang dengan Solopos.com seusai acara Meet and Greet Book Signing Sapardi Djoko Damono di Toko Buku Gramedia di Jl. Slamet Riyadi Solo, Rabu (27/9/2017) petang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Sapardi, sejak ada Internet anak-anak muda bisa belajar menulis cerita pendek (cerpen), puisi, dan novel dengan referensi penulis dalam negeri dan luar negeri. Bahasa mereka menjadi kaya.

Kondisi ini berbeda dengan sebelum adanya Internet. Anak-anak muda terbatas membaca buku-buku sastra dari dalam negeri. “Mencengangkan sekali perkembangan dunia sastra pada era Internet ini. Sekarang bisa belajar dengan leluasa dari sastrawan seluruh dunia,” kata sastrawan yang baru saja merayakan usia ke-77 tahun ini.

Sapardi mengatakan sastrawan sekarang lebih canggih dan beragam sebab mereka menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing, semisal bahasa Inggris. Demikian pula dalam cara menyampaikan dan bertutur juga berbeda dibandingkan sastrawan dulu.

“Saya dan sastrawan lain perlu waktu puluhan tahun untuk dapat menciptakan karya sastra yang bagus. Sekarang hanya dalam beberapa tahun saja sudah dapat menghasilan karya bagus,” ungkap penulis puisi Hujan Bulan Juni ini.

Sapardi menyebutkan beberapa sastrawan muda dengan karya luar biasa semisal Intan Paramadhita yang telah menerbitkan sejumlah buku kumpulan cerpen. Melihat perkembangan sastra sekarang ini, Sapardi optimistis akan melahirkan sastrawan yang bagus seperti Chairil Anwar dan W.S. Rendra.

“Dari ribuan sastrawan yang ada sekarang pasti ada yang bagus, seperti pada zaman saya muncul W.S. Rendra,” kata dia. Kehadiran Internet, sambung sastrawan kelahiran Solo ini, dapat pula meningkatkan taraf kesejahteraan para sastrawan karena bisa digunakan untuk memasarkan karya mereka. Apabila karyanya viral di Internet, penjualan buku meningkat dan tidak menutup kemungkinan ada produser tertarik membuat filmnya.

“Kalau saya lihat kesejahteraan sastrawan sekarang lebih baik karena hidupnya ada yang kaya. Tidak seperti sastrawan dulu yang kere-kere [miskin]. Sekarang sastrawan bisa hidup dari sastra,” beber Sapardi.

Beberapa sastrawan saat ini yang hidupnya mapan adalah Ahmad Fuad penulis novel laris Negeri 5 Menara, Andrea Hirata penulis Novel Laskar Pelangi yang menjadi best seller internasonal. Mengenai dukungan pemerintah terhadap perkembangan sastra di Indonesia, menurut Sapardi, pemerintah tidak perlu campur tangan. “Bila sastra dibantu pemerintah malah hancur, tidak dapat berkembang. Pemerintah cukup memberikan penghargaan kepada karya sastra terbaik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya