SOLOPOS.COM - Sejumlah pelajar mengobrol di sebuah warung es di Selter PKL Manahan, Solo, Rabu (17/11/2021). (Solopos/Chrisna Chanis Cara)

Solopos.com, SOLO — Kalangan pelajar menilai aturan Pemkot Solo terkait larangan bagi siswa sekolah berseragam untuk nongkrong sepulang PTM sebagai kebijakan yang lucu. Para pelajar menilai aturan itu diskriminatif.

Selain itu, larangan nongkrong bagi pelajar berseragam juga tidak akan efektif karena sangat mudah diakali, tinggal bawa baju ganti maka pelajar bisa dengan leluasa nongkrong. Sebagaimana diinformasikan, Pemkot Solo mengeluarkan larangan bagi pelajar berseragam untuk nongkrong sesuai mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Larangan itu ada dalam surat edaran terbaru Wali Kota Solo tentang PPKM level 2 yang berlaku mulai awal pekan ini. Dalam aturan itu, pelajar dilarang nongkrong di berbagai tempat keramaian termasuk sentra PKL, mal, dan lain-lain.

Pantauan Solopos.com, personel Satpol PP Solo disebar untuk memastikan larangan nongkrong itu dipatuhi para pelajar. Setiap kali berpatroli, petugas Satpol PP mendapati ada kerumunan pelajar menongkrong sepulang dari PTM di sekolah.

Baca Juga: Koordinator Literasi Digital: Warga Solo Cenderung Toleran di Medsos

Salah satu tempat yang banyak ditemui pelajar nongkrong adalah selter PKL Manahan Solo. Rabu (17/11/2021), sejumlah pelajar tampak bercengkerama di warung es kawasan selter Manahan.

Saat itu pukul 11.05 WIB dan PTM belum lama usai. Seragam sekolah masih mereka kenakan. Hanya ada satu remaja yang telah berganti dengan pakaian bebas.

Pengunjung dari kalangan pelajar silih berganti datang selama satu jam Solopos.com mengamati di warung tersebut. Beberapa tampak mencopot seragamnya yang telah didobeli kaus di dalam warung. Tak semua mematuhi protokol kesehatan.

Sebagian pengunjung tak memakai masker. Menjaga jarak juga sulit dilakukan karena kondisi warung siang itu cukup ramai. Seorang siswa SMK di Solo, Haidar, mengaku langsung meluncur ke lokasis itu seusai PTM.

Baca Juga: Efek Jan Ethes, Dojang Taekwondo SKB Solo Kebanjiran Pendaftar

Siswa Jadi Bulan-Bulanan

Sebelum nongkrong, ia mengganti seragamnya dengan pakaian bebas. “Habis PTM biasanya main dulu sama teman. Ya ngobrol-ngobrol saja sama makan,” ujarnya saat ditemui Solopos.com.

Haidar tak tahu ada aturan yang melarang anak sekolah berseragam masuk ke tempat keramaian seusai PTM. “Tadi masuk restoran juga boleh, banyak anak sekolah yang jajan,” ujar Haidar yang saat itu berboncengan motor dengan temannya.

Kerumunan pelajar seusai PTM tak hanya muncul di kawasan Manahan. Pantauan Solopos.com pada Rabu dan Kamis (18/11/2021), anak sekolah tampak nongkrong di Jl Bhayangkara, mal, warmindo, dan kafe di pusat kota.

Ada pula yang berkumpul di warung yang tersebar di kawasan Alun-Alun Kidul Keraton Solo. Seorang siswa SMA di Solo, Erlinda, mempertanyakan pembuatan aturan yang kerap membikin siswa jadi bulan-bulanan.

Baca Juga: PTM Sekolah di Solo Disetop Jika Siswanya Hobi Nongkrong

Menurutnya, tak hanya pelajar yang berpotensi menyebarkan Covid-19 saat berkerumun. “Bisa dilihat sendiri kan kondisi sekarang kayak gimana. Kami dikenai banyak aturan, sementara orang dewasa bisa bebas nongkrong dan berkerumun,” keluhnya, Kamis.

Pelajar lain, Jimmy, menilai aturan larangan nongkrong bagi siswa berseragam yang dibikin Pemkot Solo itu lucu. “Ya tinggal bawa baju ganti aja beres,” ujarnya.

Ia menilai aturan itu tidak efektif karena anak muda tetap bisa leluasa main di waktu sore atau malam hari. “Buat saya itu kembali ke pengendalian diri masing-masing dan lingkungan. Tidak perlu banyak aturan kalau faktanya banyak yang melanggar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya