SOLOPOS.COM - Ilustrasi Korupsi JIBI/Harian Jogja/Antara

Ilustrasi Korupsi
JIBI/Harian Jogja/Antara

JAKARTA-Majelis Ulama Indonesia (MUI) bicara soal hubungan korupsi dan poligami. Bukan apa-apa, banyak yang mengakaitkan urusan perempuan dan dorongan untuk korupsi. Memang, banyak tersangka korupsi yang berpoligami, tapi dinilai itu bukan dorongan untuk korupsi.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

“Yang pasti korupsi itu karena kekuasaan yang tidak terkontrol,” kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam saat berbincang di Jakarta, Sabtu (11/5).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut doktor hukum Islam UIN Jakarta, ini sama sekali tidak ada korelasi langsung antara urusan korupsi dengan apakah sudah menikah, berpoligami atau tidak. Tak sedikit tersangka korupsi yang juga tak berpoligami.

“Jadi tak ada hubungannya dengan sudah punya anak atau belum, janda atau duda, pria atau perempuan, poligami atau monogami. Korupsi itu mentalitas ketidaktaatan pada hukum,” tuturnya.

Biasanya, lanjut Niam, mental pencuri bersandingan dengan tindak kriminal berujung pada korupsi. Kemudian tak ada prinsip amanah.

“Ketika ada kuasa, memiliki kekuasaan cenderung korup. Karena harta korupsi, yang dimakan tidak halal, maka cenderung tidak barakah, dan mendorong hawa nafsu, bergelimang harta mendorong pelampiasan nafsu melalui wanita. Harta, tahta, wanita,” tutupnya.

Simak berita selengkapnya : http://digital.solopos.com/file/11052013/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya