SOLOPOS.COM - Ilustrasi perceraian (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kasus perceraian akibat disfungsi seksual meningkat

Harianjogja.com, SLEMAN– Menurunnya vitalitas seksual suami menjadi alasan meningkatnya gugatan perceraian yang diajukan isteri ke Pengadilan Agama (PA) Sleman. Fenomena tersebut terjadi dalam tiga tahun terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bagian Humas Pengadilan Agama (PA) Sleman, Marwoto mengakui faktor seksual menjadi alasan isteri untuk menggugat cerai suaminya. Banyak isteri tidak yang menilai suaminya tidak mampu memenuhi nafkah batiniah sehingga mengajukan perceraian.

“Hampir tiga tahun ini alasan itu terus naik. Saya sendiri juga heran kenapa bisa begitu,” ujarnya, Minggu (27/3/2016).

Dia menjelaskan, selama menangani perkara perceraian yang diajukan pada 2013 dia belum pernah menerima alasan perceraian akibat vitalitas suami yang menurun. Kondisi tersebut berbeda saat menangani perkara selama 2014. “Saya saat itu menangani tiga kasus. Setahun kemudian, pada 2015, saya menangani hampir 10 kasus,” tandasnya.

Uniknya, lanjut Marwoto, perkara tersebut bukan dialami suami-suami yang tidak jelas pekerjaannya. Justru, kasus tersebut lebih banyak dihadapi suami-suami yang memiliki status sosial yang tinggi dan mapan.

Menurutnya, banyak hal yang menyebabkan vitalitas pria menurun. Selain sibuk dengan karir dan pekerjaannya, suami kadang mengalami kecelakaan. “Kami baru tahu penyebabnya saat persidangan,” katanya.

Meski banyak isteri yang mengajukan gugatan dengan alasan tersebut namun pengajuan cerainya belum tentu dikabulkan. Alasan Marwoto, suami masih bisa melakukan upaya untuk sembuh.

“Masalah ini tetap perlu dipahami oleh suami. Sebaiknya mereka menjaga kesehatan dan vitalitasnya agar tidak muncul lagi kasus seperti ini,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Mafilindati Nuraini menilai, kasus tersebut merupakan perkara yang kasuistis dan tidak selalu terjadi. Meskipun dinilai jumlah perkaranya meningkat namun kejadiannya relatif sedikit.

Apalagi masalah disfungsi seksual secara medis masih bisa ditangani. “Kuncinya sebenarnya terletak pada komitmen masing-masing pasangan. Untuk apa mereka menikah? Jadi kembali ke niatnya,” kata Linda.

Dia mengingatkan, pernikahan bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis saja. Tetapi juga memiliki tujuan tertentu seperti memiliki keturunan dan keluarga yang harmonis. Dalam konteks tersebut diharapkan masing-masing keluarga mampu melahirkan generasi penerus yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya