SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bus (JIBI/Harian Jogja/Hengky Irawan)

Kasus penipuan dialami sejumlah mahasiswa Polines Semarang oleh sebuah biro perjalanan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Seorang pria bernama Nur Alijad Ahmadi dipolisikan oleh sejumlah mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) Semarang karena dianggap tidak bertanggungjawab ketika mengurus kuliah kerja lapangan (KKL). Nur juga diduga menyelewengkan dana KKL Rp228 juta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang didatangi delapan mahasiswa Polines program studi D3 Akuntansi dan D3 Keuangan & Perbankan angkatan 2014. Mereka merasa dirugikan akibat perbuatan terlapor yang merupakan pemilik sebuah biro perjalanan.

Enis Dwi Rizki selaku ketua panita KKL mengatakan uang Rp228 juta yang diduga digelapkan terlapor sebenarnya untuk biaya akomodasi 203 mahasiswa dan 9 dosen pendamping selama 5 hari melaksanakan KKL di Jakarta dan Bandung dengan mengunakan armada 9 bus.

“Uangnya ternyata tidak dibayarkan ke hotel tempat kami menginap, katering, dn kebutuhan lain yang dijanjikan,” kata Enis di Mapolrestabes Semarang, seperti dilansir detik.com, Selasa (9/2/2016).

Ratusan mahasiswa itu berangkat 1 Februari 2016 lalu menuju Jakarta. Kecurigaan mulai dirasakan mahasiswa ketika kurangnya koordinasi antara kru bus. Bahkan Sariyanto selaku perwakilan dari pihak biro yang menjadi pendamping mengundurkan diri di tengah perjalanan dengan alasan tidak punya uang lagi untuk biaya akomadasi.

“Dia mengaku memakai uang pribadi karena pemilik jasa tour tidak memberikan akomadasi,” ujar Enis.

Setelah tiba di hotel di Jakarta, para peserta KKL dikejutkan oleh pemberitahuan dari pihak hotel yang mengatakan biaya menginap belum dilunasi oleh biro perjalanan. Mereka pun terancam tidak mendapatkan penginapan.

“Pas mau istirahat, pintu kamar kami diketuk dan pihak hotel meminta kami untuk iuran melunasi pembayaran kalau tidak kami harus keluar dari hotel,” tegasnya.

Beruntung pihak dosen pendamping rela menggunakan uang pribadinya sebesar Rp 24 juta untuk membayar hotel. Selesai urusan hotel, ternyata dari pembayaran catering pun bermasalah.

“Ternyata catering belum dibayar juga. Pemilik catering marah dan sempat mengancam kalau bus tidak bisa keluar sebelum dilunasi,” tandsanya.

Usaha untuk menghubungi agen perjalanan gagal karena telepon seluler milik terlapor sudah tidak aktif. Bahkan saat tiba di Semarang, para mahasiswa dibantu dosen mendatangi kantor biro tersebut di Penggaron Regency, Penggaron dan di rumah pemiliknya. Hasilnya sama saja ternyata terlapor sudah tidak ada di tempat.

“Perjalanan lima hari jadi tiga hari. Kami juga batal ke Bandung hanya ke Jakarta saja, padahal rencana awal ada kunjungan ke Bandung. Bus yang digunakan juga tidak sesuai,” terang mahasiswi semester empat itu.

Para mahasiswa itu pun melaporkan pria yang diduga juga PNS di kampus yang sama itu ke SPKT Polrestabes Semarang. Mereka berharap ada tanggungjawab dari terlapor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya