SOLOPOS.COM - Petugas mengevakuasi potongan tubuh manusia yang ditemukan di selatan Lapangan Pringgolayan atau di belakang kompleks Pondok Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Senin (22/5/2023) pagi. (Istimewa/Tagana Solo)

Solopos.com, SUKOHARJOPolres Sukoharjo mengimbau masyarakat tetap tenang menanggapi kasus mutilasi yang terjadi di Sukoharjo dan Solo. Kini polisi masih mengumpulkan informasi identitas terakurat korban.

Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit dalam dialog interaktif RRI Surakarta dengan tajuk Sadisme Meningkat, Bagaimana Pencegahannya mengatakan pihaknya telah memeriksa sejumlah enam saksi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kami melakukan pengumuman bahan keterangan, kami sudah meminta keterangan enam orang. Tentunya [mereka] yang menemukan pertama kali. Hasil autopsi dan sidik jari ada 6 orang mendekati identitas itu, cewek 4 cowok 2 [70% cowok]. Yang cewek sudah jelas terpatahkan karena identitas korban laki-laki,” ungkap AKBP Sigit pada Kamis (25/5/2023) pagi.

Kapolres juga mengimbau agar masyarakat Sukoharjo maupun di wilayah Soloraya untuk tetap tenang. Bersamaan dengan hal itu ia meminta jika ada informasi lain terkait identitas maupun potongan lain kepolisian masih sangat terbuka.

Apalagi, ia memastikan masih ada satu potongan tubuh yang masih belum ditemukan, yakni betis kaki kanan hingga telapak.

“Ini sudah ada [identitas mendekati] siapa tahu ada yang lebih cocok lagi untuk membantu jenazah. Tetap guyub rukun, insyaallah aman,” imbau AKBP Sigit.

Menurutnya informasi masyarakat menjadi pijakan penting bagi kepolisian mengusut tuntas kasus mutilasi tersebut. Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh masyarakat yang turut membantu mencari identitas korban maupun potongan lain.

Bahkan saat ini ia menyebut sudah ada 10 laporan kehilangan yang disampaikan masyarakat di jajaran Kepolisan Sukoharjo.

Sementara pada laporan ke sembilan yang dilaporkan pada Rabu (24/5/2023) malam oleh seorang ayah asal Kebumen hampir mendekati, namun keakurasian sidik jari dari forensik baru terbilang 70%.

“Kami masih mendalami pihak keluarga. Kami mohon doanya dari warga Solo dan Sukoharjo agar ini memang betul keluarganya agar kami bisa melakukan penyelidikan mendalam agar semua bisa terungkap. Mari memberikan informasi yang bagus agar bisa diungkap dari korban maupun pelakunya,” ajaknya.

Ia mengatakan dari sejumlah enam potongan yang disatukan dan diautopsi, ditemukan korban berjenis kelamin laki-laki dan dipastikan satu orang. Pria tersebut berumur sekitar 40-50 tahun dengan tinggi badan 160-165 cm serta ciri-ciri memiliki tato naga dengan perkiraan kematian pada Kamis.

Ia mengatakan saat ini pihaknya masih terus melakukan analisa evaluasi setiap dua jam sekali. Ia memastikan pihaknya selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan jajaran lainnya.

“Solo maupun Sukoharjo yang mengungkap sama saja, kalau saya sebenernya sudah niatan tulus membantu demi kemanusiaan. Alhamdulilah sudah mengetahui sedikit identitas. Kalau tidak didukung informasi masyarakat kami tidak ada apa-apanya. Kalau informasi cepat pasti kami juga akan respons cepat,” ungkapnya.

Saat ini pihaknya masih mendalami apakah motif pembunuhan disertai mutilasi tersebut berunsur ekonomi, kasus cemburu, maupun cekcok dan lainnya.

Banyak asumsi yang sedang dikumpulkan pihak kepolisian yang nantinya akan dicocokan dengan faktanya. Saat ditanya terkait kasus mutilasi serupa di Sukoharjo, ia menyebut sudah pernah ada tetapi potongan tidak sebanyak ini.

Menurutnya kasus tersebut juga menjadi pelajaran tersendiri bagi kepolisian. Lebih lanjut, terkait penanganan khusus terhadap pelaku dan perlindungan keluarga korban, menurutnya hal itu menjadi peranan semua pihak.

“Dari keluarga pelaku dan korban tetap kami atensi lebih baik sedia payung sebelum hujan. Kami akan atensi lebih dini dari kedua belah pihak. Kami sama-sama menjaga berkoordinasi dengan warga setempat. Kalau warga setempat menjaga insyaallah aman,” jelas AKBP Sigit.

Disinggung terkait peran aparat penegak hukum dalam mengedukasi masyarakat ia mengatakan kepolisian telah melakukan sosialisasi tak hanya mengenai kasus sadisme melainkan juga program berkala terkait sosialisasi bahaya narkotika, KDRT, hingga kenalan remaja.

Bahkan menurutnya pemerintah juga turut menangani hal itu dengan berkolaborasi mengimbau masyarakat melalui berbagai instansi.

“Saat ini pihak kepolisian masih berkolaborasi bekerja di lapangan, tentunya sesuai dengan ranah kami. Kami mengimbau siapa tahu ada orang mencurigakan saling mengisi dan menginformasikan soalnya masih ada satu [potongan tubuh] yang belum diketemukan,” jelas AKBP Sigit.

Sementara itu, Dosen Klinis Fakultas Psikologis UMS, Setiyo Purwanto, dalam dialog interaktif tersebut mengatakan kejadian mutilasi tersebut merupakan bentuk penyaluran kebencian yang sudah lama.

Menurutnya ada hal yang tidak wajar sehingga luapan emosi tidak rasional. Bahkan tak menutup kemungkinan tindakan tersebut merupakan bentuk menutupi kelemahan pelaku di masa lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya