SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Solo kian mengkhawatirkan. Setiap tahun, angka korban yang melaporkan adanya KDRT terus meningkat. Tahun ini Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaa Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P2AKB) Solo telah menangani 80 kasus KDRT. Jumlah tersebut meningkat 10% dari tahun sebelumnya.

“Angka sebesar itu terhitung tinggi,” ujar Kepala Bapermas P2AKB, Hasta Gunawan, di Balaikota, Rabu (31/10/2012).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Menurut Hasta, problem KDRT ibarat fenomena gunung es. Artinya, imbuh dia, jumlah korban KDRT yang tidak berani melapor bisa lebih banyak dari yang melapor. Hasta mengimbau para korban KDRT mau menginformasikan kekerasan yang dialami pada pihak terkait. “Memang perlu keberanian dan pengorbanan untuk membuka aib keluarga. Namun dalam pantauan kami, jumlah korban KDRT yang memiliki kesadaran itu terus meningkat.”

Dari 80 kasus yang didampingi Bapermas, Hasta menyebut mayoritas KDRT menimpa pihak istri. Bapermas juga menemukan KDRT yang menimpa anak-anak. Untuk KDRT terhadap suami, Hasta menyatakan nihil.

“Kebanyakan menerima kekerasan fisik seperti dipukul dan ditampar. Hingga bulan ini, sudah tiga laporan yang diproses di pengadilan,” tuturnya.

Menyikapi masih tingginya angka KDRT, pihaknya berupaya mengoptimalkan sosialisasi lewat Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta (PT-PAS). Bahkan dalam waktu dekat pihaknya siap membuat lembaga sejenis di tingkat kelurahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya