SOLOPOS.COM - Lokasi kejadian perkara pembunuhan Supriyanto oleh ibunya sendiri, Suwarni, di Dukuh Tlobongan RT 022, Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Selasa (4/10/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Garis polisi warna kuning terpasang di depan rumah Suwarni, 64, di Dukuh Tlobongan RT 022, Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Selasa (4/10/2022) siang. Sejumlah warga duduk-duduk di pinggir jalan depan rumah sederhana itu.

Kepala Desa Sidoharjo, Titik Saptawati, ikut di antara kerumunan warga yang takziah tersebut. Ada sebagian yang berkerumun di rumah tetangga sebelah Suwarni.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Takziah kali ini tidak seperti biasanya. Warga duduk-duduk di depan rumah yang tertutup rapat. Mereka menunggu jenazah Supriyanto, 46, tukang batu yang meregang nyawa setelah dibunuh ibunya sendiri yak tak lain adalah Suwarni. Jenazah Supriyanto masih berada di RSUD dr. Moewardi Solo untuk proses autopsi.

Pada Selasa dinihari, sekitar pukul 01.00 WIB, Suwarni kehilangan akal sehat setelah dirasuki kemarahan yang memuncaki atas kelakuan anaknya. Sampai akhirnya ia tega menghabisi darah dagingnya sendiri.

Di depan rumah itu masih ada sandal, tas berisi peralatan tukang, dan sepeda motor Honda Supra Fit hitam milik korban. Di teras rumah berupa tanah bercampur krikil itu menjadi tempat istirahat Supriyanto. Ia tidur beralaskan tikar di teras itu lantaran ibunya tak mengizinkannya masuk rumah karena masih kesal.

Baca Juga: Begini Motif dan Kronologi Ibu Nekat Bunuh Anak Kandung di Sragen

Bayan II Desa Sidoharjo, Nawang Suseno, menunjukkan lokasi yang biasa digunakan korban untuk tidur di malam hari. Pada Senin (3/10/2022), Nawang mengungkapkan korban sempat beli wedang jahe yang katanya untuk ibunya.

Nawang berkisah korban dikenal warga sebagai tukang batu yang tekun dan garapannya rapi. Sejak 2-3 bulan terakhir, ujar dia, Supriyanto pulang ke rumah ibunya di Tlobongan ini. Soal tindakan nekat Suwarni, warga tak habis pikir bagaimana bisa seorang ibu nekat membunuh anaknya sendiri.

“Warga mengetahui kondisi korban itu sudah dibungkus dengan tikar dan ditali di dua bagian. Jenazah korban tersebut kemudian diletakkan di atas tangga, siap dibawa ke sungai. Mungkin karena tidak kuat kemudian menghubungi anaknya di Jakarta,” kata Nawang.

“Lalu anaknya yang di Jakarta menghubungi saudaranya di Tlobongan agar ke rumah Suwarni dan ternyata melihat kondisi korban mengalami luka karena ditimpa batu oleh ibunya sendiri. Setelah itu dipukul dengan cangkul,” ujarnya.

Baca Juga: Ibu di Sragen Jadi Tersangka, Rencana Anak Kandung Dibuang ke Sungai Batal

Pelaku Tak Sedih

Nawang mengisahkan Suwarni biasanya menjadi buruh pembungkus roti. Sore harinya ia jualan sayuran keliling dengan sepeda angin berberonjong. Nawang merasa Suwarni tidak menyesal atas perbuatannya karena saat ditanya polisi tidak menunjukkan kesedihan.

“Katanya sudah plong dan marem. Dulu, korban memang pernah mencuri pupuk dan perhiasan serta berjudi togel. Tetapi sekarang sudah baik dan mau bekerja. Entah apa yang membuat ibunya emosial sampai tega membunuh anaknya sendiri,” katanya.

Nawang menyampaikan jenazah selesai autopsi dan diserahkan kepada warga pada pukul 15.00 WIB. Warga menerima jenazah itu dan kemudian dilakukan upacara pemakaman seperti biasa. Jenazah datang dalam kondisi sudah dikafani dan dimasukan dalam peti mati.

“Jenazah disemayamkan ke rumah duka untuk disalatkan bersama. Keluarga bisa melihat kondisi korban untuk kali terakhir dan kemudian dimakamkan di Tempat Permakaman Umum Kleco Kulon,” ujarnya.

Baca Juga: Polisi Sragen Lakukan Autopsi Jenazah Korban Anak yang Dibunuh Ibu Kandung 

Ketua RT 002, Tlobongan, Suwarno, 56, menjadi saksi sekaligus pelapor dalam perkara itu. Suwarno mengetahui kejadian itu saat dibangunkan saudara Suwarni pada Selasa dinihari. Ia diberitahu untuk melihat kondisi korban setelah dihatam batu cor-coran oleh ibu kandungnya sendiri.

“Begitu saya datang. Saya sudah diadang Bude Suwarni yang menyampaikan kalau anaknya sudah dibunuh. Saya kemudian diajak membuang jenazah anaknya itu ke sungai. Saya tidak mau karena pasti berurusan dengan polisi. Akhirnya, kejadian itu dilaporkan ke polisi. Dari keterangan Bude Suwarni saat diinterogasi polisi itu, posisi korban tidur membujur ke barat dengan posisi miring menghadap ke selatan. Saat itu, ia menganiaya korban sampai meninggal,” ujar Suwarno.

Ia mengenal korban bukanlah warga yang nakal. Dia mengatakan Supriyanto tidak pernah mabuk-mabukan atau berbuat seperti preman. Talut lingkungan yang dicat hitam putih itu, kata dia, merupakan hasil pekerjaan Supriyanto yang rajin.

“Saya juga dimintai keterangan di Mapolres Sragen, sejak pukul 04.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB baru pulang. Saya diperiksa bersama Bude Suwarni dalam satu ruangan. Bude Warni itu bilang kalau sudah ikhlas dan marem setelah anaknya meninggal. Seperti tidak ada penyesalan,” kata Suwarno.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Seorang Ibu di Sragen Diduga Bunuh Anak Kandung

Dia menambahkan batu yang digunakan untuk membunuh Supriyanto beratnya sampai 5 kg. Suwarno menduga pelaku dalam kondisi emosional sehingga batu bekas cor-coran itu tidak terasa berat saat diangkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya