SOLOPOS.COM - Ilustrasi diabetes (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA–Kasus diabetes pada anak di Indonesia meningkat. Hingga awal 2023, jumlah kasusnya meningkat lebih kurang 70 kali lipat dibanding 2010.

Karena itu, diabetes melitus menjadi salah satu penyakit yang menghantui generasi anak muda di Indonesia. Bahkan, penyakit yang dikenal dengan sebutan penyakit gula ini dominan menyerang anak-anak usia sekolah di bawah 14 tahun. Memang frekuensi penyakit ini terus meningkat di seluruh dunia.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan gula darah. Pada umumnya diabetes mellitus (DM) dibedakan menjadi dua tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

DM tipe 1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin, sementara DM tipe 2 disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai kerusakan pada sel pankreas.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Faizi mengatakan per 2023 total sebanyak 1.645 anak di Indonesia menderita diabetes.

Menurut laporan yang diterima IDAI, hingga Selasa (31/1/2023), ada 1.645 pasien anak penderita diabetes.

Berdasarkan usia, jumlah kasus diabetes pada anak di Indonesia paling tinggi ditemukan pada anak usia 10-14 tahun yakni mencapai 46,23%. Diabetes pada anak usia 5-9 tahun sebanyak 31,05%, anak usia 0-4 tahun sebanyak 19%, dan anak usia lebih dari 14 tahun 3%.

Berdasarkan jenis kelamin, sebaran kasus diabetes pada anak lebih banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 59,3%, sedangkan diabates pada anak laki-laki 40,7%.

“Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000. Pada 2023, prevalensi kasus diabates pada anak di Indonesia dua per 100.000 jiwa,” ucap Muhammad Faizi dalam Media Briefing Diabetes pada Anak pada Rabu (1/2/2023) lalu.

Dia melanjutkan anak Indonesia penderita diabates tersebar di 13 kota meliputi Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.

“Di kota-kota besar umumnya ditemukan penyintas diabetes anak, mulai dari Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Bandung, Semarang, hingga Surabaya,” lanjut dia.

Menurut Faizi, tren penderita diabetes di kalangan anak muda di perkotaan lebih tinggi. Hal ini disebabkan anak-anak di perkotaan banyak yang lebih gemuk.

Pemahaman orang tua bahwa anak gemuk menandakan sehat sebenarnya tidaklah lagi berlaku. Anak yang gemuk diakibatkan keseringan mengonsumsi junk food dan kurang gerak menyebabkan diabetes tipe 2 lebih dini.

“Perlu diketahui ya, tidak ada kata sembuh pada penderita diabetes, tapi bisa hidup. Jika harus dikelola dengan baik, maka harapan usianya akan sama dengan orang yang tidak diabetes. Untuk anak, para orang tua harus mengatur pola makan. Cukupi protein hewani dan sayur-sayuran,” ungkapnya.

Orang tua perlu mewaspadai kondisi ini agar anak di Indonesia terhindari dari diabetes.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Waspada! Diabetes Melitus Intai Anak Usia Sekolah, Kenali Gejalanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya