SOLOPOS.COM - Iluistrasi perawatan pasien DBD. (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)

Kasus DBD Sleman punya tren

Harianjogja.com, SLEMAN- Persebaran penyakit nyamuk Aides Aegypti selama musim hujan ini perlu diwaspadai. Pasalnya, dalam waktu sebulan jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) melonjak tajam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat, pertenghan Januari lalu jumlah penderit DBD mencapai 12 kasus. Jumlah meningkat drastis hingga 31 Januari sebanyak 31 kasus. Hingga pertengahan Februari ini, warga yang terserang DBD tercatat 60 kasus.

“Ya tren penyakit DBD melonjak tajam. Masyarakat perlu waspada,” kata Kepala Dinkes Sleman Nurulhayah, Sabtu (11/2/2017).

Dia menjelaskan, antara Januari hingga Maret biasanya paling banyak ditemukan penyakit DBD. Hal itu disebabkan selama tiga bulan tersebut merupakan puncak musim hujan dan pancaroba. Dia mencatat, sepanjang Januari-Maret 2016  kasus DBD tercatat 150 kasus. ”

Menurut Nurul, sebaran penyakit DBD terjadi hampir di seluruh kecamatan. Hanya saja, temuan terbanyak berada di wilayah padat penduduk seperti Kecamatan Mlati, Ngaglik, Gamping dan Depok. Dinkes, katanya, terus berupaya menekan angka kasus DBD dengan cara meningkatkan kegiatan promosi.

“Selain  penyuluhan, kami giatkan pemberantasan sarang nyamuk. Petugas juga mulai melakukan pendekatan ke keluarga mengenai pencegahan DBD,” ujarnya.

Dijelaskan Nurul, dibandingkan fogging (pengasapan) upaya pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif dengan kegiatan 3 M, yakni menguras dan menutup penampungan air, serta mengubur barang bekas. Fogging, lanjutnya, hanya membunuh nyamuk dewasa. Selain itu, fogging juga dinilai berdampak buruk bagi lingkungan.

“Pengasapan juga baru dapat dilakukan dalam jangka waktu satu bulan setelah ditemukan penderita. Fogging saja tidak efektif, lebih baik lakukan gerakan 3 M,” terangnya.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman Novita Krisnaeni berharap, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya harus terus  ditingkatkan.

Ini dilakukan untuk mengantisipasi sebaran nyamuk DBD. Beberapa titik yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk harus diperhatian. Seperti tampungan air dispenser hingga barang bekas lainnya yang dapat menampung air.

Menurutnya, warga terkadang tidak membuang air yang tergenang dalam tandon. Padahal, tandon bahkan sampah yang menampung air hujan bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

“Air harus segera dibuang agar nyamuk tidak bertelur. Kami sudah sering kali mengingatkan ke warga untuk terus menjaga kebersihan lingkungan,’’  ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya