SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar demam berdarah. (JIBI/Solopos/Dok.)

DBD di suatu wilayah dinyatakan KLB jika jumlah kasus baru dalam periode bulan tertentu naik dua kali lipat.

Harianjogja.com, SLEMAN– Meski penyakit demam berdarah dengue (DBD) merenggut nyawa 11 warga, namun Dinas Kesehatan (Dinkes) belum menetapkan kejadian luar biasa dalam peristiwa tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alasannya, kejadian DBD di Sleman belum masuk kriteria untuk dinaikkan statusnya sebagai KLB. “Belum masuk kriteria KLB,” ujar Kepala Dinkes Sleman Mafilindati Nuraini kepada Harian Jogja, Selasa (13/9).

Dia menjelaskan, DBD di suatu wilayah dinyatakan KLB jika jumlah kasus baru DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. Selain itu, syarat kedua timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang sebelumnya belum pernah terjadi.

Selain itu angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. Berdasarkan kriteria tersebut, Dinkes belum menetapkan KLB terkait meninggalnya 11 warga dan 616 warga lainnya terjangkit DBD sejak Januari-September ini.

Sekadar diketahui, kasus DBD terus meningkat dari bulan ke bulan. Pada Januari lalu, tercatat 111 warga terkena DBD. Penyakit itu juga menyerang 131 warga pada Februari, 117 warga (Maret) dan jumlahnya menurun drastis pada April sebanyak 54 warga. Hingga Mei, tercatat 413 warga yang terserang DBD. Sementara pada Januari 2015, jumlah kasus DBD yang ditemukan sebanyak 99 warga, Februari (106 warga), Maret (86 warga) dan April (64 warga). Total 354 warga yang terjangkit DBD saat itu.

Jumlah warga yang terkena hingga awal September sebanyak 616 warga dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 11 warga. Menurut Linda, sapaan akrab Mafilindati, salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus DBD tersebut adalah cuaca yang tidak menentu. “Terkadang panas kemudian hujan. Selain itu, masih banyak warga yang tidak menerapkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” ujarnya.

Disingung soal rencana penyebaran nyamuk antidengue, Wolbachia, Linda masih menunggu hasil penelitian nyamuk tersebut. Menurutnya, penyebaran nyamuk Wolbachia pernah dilakukan di Sleman pada 2014 lalu. “Kami masih menunggu hasil penelitian dari UGM apakah perlu melakukan penyebaran nyamuk antidengue atau tidak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya