SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk demam berdarah. (Reuters)

Solopos.com, BOYOLALI – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Boyolali meningkat lebih dari tiga kali lipat sepanjang 2019 lalu. Total ada 443 kasus tersebar merata di 22 Kecamatan di Boyolali, satu orang di antaranya meninggal dunia. Padahal, pada 2018 lalu cuma ada 130 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Ratri S. Survivaalina, mengatakan tren kenaikan kasus DBD sebenarnya terjadi merata di berbagai daerah di Jawa Tengah. Kondis lingkungan dan perilaku manusia menjadi penyebab utama penularan virus ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang paling utama justru karena masyarakat tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk [PSN] secara rutin minimal seminggu sekali,” ujar Lina ketika ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (7/2/2020).

Waspada! Banjir Lahar Dingin di Kali Woro Klaten

Perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan berpengaruh lantaran karakteristik nyamuk yang suka hidup di air bersih. Air-air itu biasanya menempati ruang yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah seperti kaleng, plastik, atau lantai cekung.

Selain itu, perilaku manusia seperti berolahraga teratur dan makan makanan sehat juga berpengaruh pembentukan sistem imun sehingga tidak mudah terjangkit DBD. Oleh sebab itu anak-anak lebih rentan terkena penyakit DBD ketimbang orang dewasa.

“Lingkungan berpengaruh sekitar 40%, dalam kejadian suatu penyakit, kemudian perilaku manusia 30%, sisanya fasilitas kesehatan dan genetika,” imbuh dia.

Profil Andre Rosiade di Wikipedia Berubah, Ada Bab Penjebakan PSK

Disinggung soal perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini, Lina mengatakan curah hujan yang tinggi mempengaruhi populasi nyamuk dalam perkembangbiakannya. Siklus hidup dari telur menjadi pupa hingga nyamuk dewasa terjadi di dalam genangan air.

Dalam pencegahan DBD masyarakat ditekankan untuk melakukan PSN dengan gerakan 3M plus, meliputi menguras tempat-tempat yang sering digunakan sebagai penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Ultah Pasoepati: Digelar di CFD, Potong 20 Tumpeng

Kegiatan pendamping bisa dilakukan dengan menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk, serta memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk. Lebih jauh, Lina menekankan kegiatan PSN ini lebih penting jika dibandingkan dengan fogging atau pengasapan yang kerap dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk.

Pasalnya fogging sejauh ini hanya berfungsi untuk membunuh nyamuk dewasa. Padahal nyamuk Aedes aegypti dewasa hanya memiliki kemungkinan hidup sekitar dua hari. “Jadi yang seharusnya paling penting dicegah adalah munculnya nyamuk dewasa dari larva atau pupa nyamuk yang perkembangannya sekitar 5-7 hari dengan PSN,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya