SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Kasus DB di Bantul pada musim kemarau ini terjadi di sejumlah kecamatan

Harianjogja.com, BANTUL-Meski berada di musim kemarau yang panjang, penyakit demam berdarah ternyata masih menjadi momok di wilayah Kabupaten Bantul. Terbukti, selama bulan Oktober ini, sebanyak tujuh kasus sudah terjadi, terutama di seputaran kawasan aglomerasi, tepatnya di Kecamatan Banguntapan, Kasihan, dan Pleret.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Surati Lestari, warga RT 04 Dusun Karet, Desa Pleret, mengakui bahwa di wilayah sekitar rumahnya memang masih ada beberapa warga yang terjangkit penyakit tersebut. Selama bulan Oktober ini, ia mengaku sudah ada 4 orang yang terjangkit. Masing-masing merupakan warga RT 02-04.

“Salah satunya adalah saya dan anak saya sendiri,” katanya kepada Harian Jogja, Selasa (20/10/2015) pagi.

Dikatakannya, keempat pasien itu memang semuanya diharuskan menjalani rawat inap, baik di Puskesmas Pleret maupun di beberapa rumah sakit yang berlokasi tak jauh dari Desa Pleret tersebut. Termasuk Surati sendiri, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai penjual makanan itu pun harus menjalani rawat inap di Puskesmas Pleret kurang lebih sepekan.

Melihat kondisi itu, pihaknya mengaku sudah meminta kepada kader kesehatan untuk segera menindaklanjuti. Akan tetapi, oleh kader kesehatan, dirinya hanya diminta cukup melakukan abatesasi saja. “Karena kalau fogging itu dinilai tak cukup efektif,” katanya.

Ironisnya, kabar terjangkitnya empat orang warga itu justru belum diterima oleh pemerintah Desa Pleret. Kepala Desa Pleret Nurman Afandi mengakui, hingga kini pihaknya memang belum menerima informasi apapun terkait warganya yang terjangkit penyakit demam berdarah. Itulah sebabnya, dalam waktu dekat, pihaknya akan mencoba berkomunikasi lebih intens dengan kader-kader kesehatan yang ada di Desa Pleret.

Afandi mengaku, dalam dua bulan terakhir, jumlah warga, baik yang suspect maupun positif terjangkit penyakit demam berdarah memang cenderung mengalami penurunan. Meski begitu, tak bisa lantas dirinya mengabaikan saja upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayah Desa Pleret.

“Meski jumlah kasusnya menurun, tapi PSN tetap kami galakkan. Setiap hari Jumat, kami selalu menggelar PSN di setiap pedukuhan secara bergantian,” kilahnya.

Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Pramudi Dharmawan menjelaskan, sepanjang Januari-Oktober, tren kasus demam berdarah di Bantul memang cenderung mengalami penurunan.

Dibandingkan dengan jumlah kasus di bulan September yang mencapai 52 kasus, di bulan Oktober ini, jumlah kasus demam berdarah di Bantul memang mengalami penurunan menjadi 7 kasus saja. “Kalau total kasusnya dari Januari-Oktober sudah mencapai 1.306 kasus dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 9 orang,” terangnya.

Dari data yang dihimpun Harian Jogja, pihak Dinkes memang pernah menetapkan setidaknya ada 3 kecamatan yang menjadi endemik kasus demam berdarah. Ketiga kecamatan itu masing-masing adalah Banguntapan, Kasihan, dan Sewon. Akan tetapi, kenyataannya kasus demam berdarah justru terjadi di luar kawasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya