Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III/2021 berada di level empat persen.
Target itu digaungkan Presiden seiring penurunan kasus harian Covid-19 di banyak tempat di Tanah Air.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Baca Juga: Update Covid-19 Indonesia Hari Ini: Kasus Positif Bertambah 3.948 Orang
“Mengingat ada PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) darurat, perkiraan saya angkanya sedikit di atas 4 persen atau sedikit di bawah 4 persen. Tapi tidak minus,” ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana Negara, Rabu (15/9/2021) sore.
Optimisme Kepala Negara tersebut sejalan dengan sejumlah data perekonomian yang masih positif, mulai dari konsumsi rumah tangga, kinerja ekspor dan impor, serta data investasi.
Neraca Dagang
Dalam catatan Bisnis, tren pemulihan ekonomi tercermin mulai tampak dari kinerja ekonomi pada kuartal II/2021 yang tumbuh 7 persen year-on-year.
Pergerakan ekonomi yang mulai mengarah positif itu ditopang oleh kinerja neraca dagang yang berlangsung hingga 16 bulan.
Pada Agustus 2021, misalnya, Badan Pusat Statistik mencatat surplus neraca perdagangan mencapai US$4,74 miliar, atau tertinggi sepanjang masa sejak 2006 sebesar US$4,64 miliar.
Rekor Tertinggi
Dari sisi eksternal terdapat peningkatan investasi, surplus neraca perdagangan sepanjang Q2 2021, pulihnya permintaan, dan meningkatnya harga komoditas global telah membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama beberapa bulan berturut-turut.
Baca Juga: KPK Berhentikan 56 Pegawai Tak Lolos TWK, Ini Sikap Jokowi
Seperti halnya neraca dagang, cadangan devisa Indonesia juga tercatat meningkat dan menyentuh rekor tertinggi.
Posisi terakhir pada Agustus 2021 mencapai US$144,8 miliar yang setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut membaik dibandingkan dengan awal pandemi Covid-19 pada 2020.