SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Masih ingat dengan Bilqis Anindya Passa, balita penderita penyakit hati (Atresia Biliaris) yang sempat menarik simpati publik hingga membuat gerakan Koin Untuk Bilqis?

Penyakit bawaan sejak lahir yang membutuhkan operasi cangkok hati itu juga menghinggapi Ahmad Nour Aqil Farid, bayi usia lima bulan asal Dusun Bakungan, DK III, RT 21, Trimurti, Srandakan, Bantul.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Ditemui di rumahnya yang sederhana, Jumat (18/11) siang, pasangan Muryatno, 36, dan Siam, 39, mengaku hanya bisa pasrah setelah anak keduanya divonis menderita Atresia Biliaris tipe III oleh tim medis RSUP Dr Sardjito, belum lama ini.

“Dokternya saja tidak bisa memperkirakan berapa biaya untuk operasi cangkok hati itu,” kata Siam lirih seraya meneteskan air mata. Di pangkuannya, Ahmad yang sekujur tubuhnya menguning itu masih tampak lincah bergerak layaknya bayi normal.

Siam menuturkan, penyakit bawaan yang menimpa anak bungsunya itu baru diketahui sekitar September lalu. Waktu itu usia Ahmad tepat menginjak dua bulan. Saat dibawa ke RSUD Panembahan Senopati Bantul, kedua bola mata Ahmad yang semula jernih telah menguning.

“Sore di RSUD Bantul, paginya langsung dirujuk ke RSUP DR Sardjito,” kenang Siam. Selama dua minggu dirawat inap di RSUP DR Sardjito, Ahmad sempat menjalani operasi. Menurut dia, rencananya operasi itu untuk memasang saluran empedu.

Namun, setelah menemukan sejumlah kelainan pada organ dalam tubuhnya, tim medis menyarankan agar Ahmad dirujuk ke RS Kariadi Semarang atau ke RS di Surabaya dan Jakarta.

“Tetapi kata dokter, kalau saya memang sudah siap biayanya,” imbuh Suyatno. Berkaca pada kasus Bilqis, operasi cangkok hati diperkirakan menelan biaya sekitar Rp1 miliar.

Padahal, untuk melunasi biaya perawatan selama di RSUP DR Sardjito yang Rp9 juta, Muryatno menggantungkan pertolongan dari sejumlah sanak familinya. “Bantuan dari Jamkesos hanya setengahnya saja [Rp4,5 juta]” terang dia.

“Mustahil bagi kami mengumpulkan uang sebanyak itu,” kata Muryatno menerawang. Sebab, penghasilannya sebagai buruh pengangkut pasir di Kali Progo tidak menentu. Kadang satu hari hanya dapat Rp5.000, bahkan tidak jarang pulang tanpa sepeser pun uang.

Kepala Puskesmas Srandakan, Anugrah Wiendyasari mengatakan, penyakit bawaan yang diderita Ahmad terbilang langka dengan skala 1:15.000 kelahiran bayi.

“Ya, sama persis dengan yang dialami almarhumah Bilqis,” jelasnya. Selama ini, Wieandyasari menambahkan, kedua pasangan itu berkeluh kesah ke Puskesmas Srandakan, meminta solusi untuk biaya operasi anaknya.

“Maka itu, kami mohon bantuan pada pemerintah maupun pembaca yang budiman agar berkenan meringankan beban keduanya,” harap dia kemarin.(Wartawan Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya