SOLOPOS.COM - Alm Kasino Warkop DKI saat menggendong anak satu-satunya (Facebook/Warkop DKI)

Solopos.com, KEBUMEN — “Bocah ora ana pendidikane blabar pisan!” “bego dipiara, kambing dipiara biar gemuk,” hingga “hidup di Jakarta mesti lihai kalau gak lihai, kita yang dilihaiin orang” adalah kata-kata dari almarhun Drs. Kasino Hadiwibowo atau yang dikenal dengan Kasino Warkop DKI.

Pentolan grup lawak legendaris Warkop DKI ini lahir di Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 15 September 1950 dari pasangan Suparmin dan Kasiyem. Ayah dari Kasino adalah seorang pegawai di Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan karena profesi ayahnya ini, Kasino dan keluarganya saat itu sering berpindah-pindah mengikuti sang ayah di mana harus ditugaskan.

Promosi Dukung Keberhasilan IKN, BRI Sediakan Layanan Lengkap Perbankan

Baca juga: Perjalanan Karier Indro Warkop, Komedian Ngapak Asli Purbalingga

Bahkan karena harus berpindah-pindah, Kasino tidak memiliki masa kecil berada di tempat kelahirannya, yaitu di Kabupaten Kebumen. Dihimpun dari Wikipedia, Selasa (25/1/2022), sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Kasino sudah tinggal di Jakarta di mana dia tercatat menjadi siswa SD Budi Utomo Jakarta, kemudian lanjut di SMP Negeri 51 Pondok Bambu Jakarta, pernah pindah ke Cirebon, Jawa Barat dalam beberapa tahun dan sempat menjadi siswa di SMA Negeri 2 Cirebon dan kemudian kembali lagi ke Jakarta dan menyelesaikan studinya di SMA Negeri 22 Utan Kayu Jakarta.

Kasino kemudian melanjutkan studi jenjang sarjana di Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Administrasi Niaga, Universitas Indonesia. Dilansir dari berbagai sumber, alm Kasino adalah sosok yang membujuk Indro Warkop untuk bergabung dalam grup lawak Warkop Prambors (nama awal grup Warkop) yang merupakan segmen obrolan santai saat dia dan rekan-rekannya satu grup menjadi penyiar radio di Radio Prambors.

Baca juga: Dono dan Kasino Pernah Berseteru, Begini Sikap Indro Warkop DKI

Memiliki Keahlian Komunikasi Layaknya Public Relation

Kata-kata bujukannya kepada Indro yang saat itu paling muda di antara rekan-rekan yang lain (Dono, Rudy Badil dan Nanu) adalah bahwa grup Warkop ini mengusung kekeluargaan yang tinggi. Bahkan alm Kasino sempat berkata bahwa jika keluarganya bisa makan cukup, keluarga personel lain juga harus makan cukup dan hal itu terbukti lewat cerita Indro Warkop di sejumlah wawancara media dan podcast.

Berdasarkan cerita dari beberapa rekan, selain sebagai pelawak, Alm Kasino juga dikenal dengan kemampuan komunikasinya seperti  seorang Public Relation hingga ada business deal. Kasino juga dikenal sebagai sosok yang mengatur strategi dan konsep Warkop sebagai usaha jasa tawa sehingga membuatnya seakan-akan pentolan utama dalam grup Warkop DKI ini.

Baca juga: Cimplung, Makanan Khas Banyumas Bermandikan Emas

Selama bermain di film komedi Warkop DKI sejak 1979 hingga 1994 yang terhitung ada sekitar lebih dari 30 film yang dia mainkan dengan beradu akting bersama aktris-aktris cantik era 80an saat itu, seperti Camelia Malik, Eva Arnaz, Dyah Permatasari, Nurul Arifin, Sely Marcelina dan masih banyak lagi, Kasino dikenal dengan frase-frase jenakanya yang sudah disebutkan sebelumnya.

Bahkan meskipun tidak menghabiskan waktu di Kebumen, salah satu frase jenakanya di salah satu film Warkop DKI menyebutkan tempat asal kelahirannya. Frase itu berbunyi “Kasino, putra Gombong, nyogok tidak etis.” Pada 1996, dia didiagnosis menderita tumor otak dengan bukti hasil rontgen pada kepalanya sehingga membuat dia harus mengikuti sejumlah terapi yang membuatnya harus kehilangan rambut.

Baca juga: Indro Warkop dan Abimana Aryasatya Peringati Ultah Mendiang Kasino

Tumor Otak

Tahun 1997, kesehatan Kasino semakin turun hingga berdampak pada proses syuting sitkom Warkop DKI yang mulai sejak 1995. Hingga akhirnya pada November 1997, tepat setahun dia didiagnosis tumor otak, Kasino meninggal dunia di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dalam usia 47 tahun. Saat itu dia meninggalkan satu istri dan satu anak.

Lahir dari keluarga konservatif Jawa, orangtua alm Kasino yang saat itu adalah pengawai BUMN menginginkan Kasino memiliki karir yang jelas, seperti menjadi aparatur sipil negara (ASN) atau minimal kerja di perusahaan besar. Namun hasratnya yang besar di bidang seni, terutama seni hiburan komedi terlalu besar hingga akhirnya membawa dirinya dalam ketenaran. Sampai sekarang, film-film Warkop DKI, seperti  Gengsi Dong (1980), Gantian Dong (1985) hingga Saya Duluan Dong (1994) masih ditonton oleh jutaan orang meskipun sudah ditayangkan berulang-ulang.

Baca juga: Ini Deretan Peninggalan Pengusaha Terkaya Se-Asia Tenggara di Semarang

Selama berperan dalam film-film Warkop DKI, Kasino juga dikenal bisa menirukan berbagai macam logat bahasa daerah dan juga bahasa asing, seperti logat Jawa Ngapak, logat Bahasa Bali, logat Bahasa Italia, Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol dan Bahasa Mandarin. Selain itu, Kasino juga memiliki keahlihan bermusik dan tarik suara di mana dalam beberapa film Warkop DKI, banyak adegan Kasino yang menunjukan kemampuan tarik suara dan bermusiknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya