SOLOPOS.COM - Kondisi rumah Mbah Slamet yang tidak layak huni di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Sabtu (20/11/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN — Seorang kakek-kakek berusia 75 tahun tinggal di gubuk reyot yang tidak layak huni di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Kakek-kakek bernama Slamet itu hidup seorang diri di rumah tersebut.

Pantauan Madiunpos.com Sabtu (20/11/2021), rumah berukuran 3 meter X 4 meter tersebut terbuat dari anyaman bambu yang sudah usang. Bagian bawah dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu terlihat sudah rusak. Bahkan rumah tersebut tak lagi berdiri tegak dan hampir roboh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagian atap rumah tersebut tertimpa bambu yang terus tumbuh. Satu-satunya pintu untuk masuk ke rumah itu juga sudah rusak dan tidak bisa ditutup dengan sempurna.

Masuk ke dalam rumah, tidak ada barang berharga yang terlihat. Di dalam rumah itu ada tempat tidur dengan kelambu yang sudah usang, satu almari, dan meja makan yang penuh dengan barang-barang. Di meja makan juga terlihat ada sebungkus nasi tanpa ada lauk.

Kondisi di dalam rumah sangat lembab dan pengap. Berbagai barang tertata sangat berantakan. Bahkan, kandang ayam pun berada di dalam rumah.

Baca juga: Geger! Kardus Berisi Bayi Laki-Laki Ditemukan di Panti Asuhan Madiun

Dengan tubuhnya yang sudah membungkuk, Slamet menunjukkan tempat memasak dan tempat mandi di dalam gubuk reyotnya di Madiun. Kondisinya benar-benar tidak layak. Tempat memasak berupa tungku kayu bakar basah karena kehujanan yang hampir setiap hari mengguyur.

Slamet menuturkan dirinya sudah bertahun-tahun hidup sendirian di gubuk reyot di Madiun itu. Saat ini kondisi kesehatannya pun semakin memburuk. Selain badannya sudah mulai membungkuk, tangan kanannya juga sulit untuk digerakkan.

Dia bercerita sudah empat kali menikah dan tidak dikaruniai anak satu pun. Sehingga, saat istri terakhirnya meninggal pada beberapa tahun silam, ia pun akhirnya hidup sendirian di gubuk tersebut.

“Riyin gadah sawah kaleh kotak. Terus disade kangge tombo garwone kulo [Dulu punya sawah dua kotak. Kemudian dijual buat beli obat untuk mengobati istri saya],” kata dia.

Baca juga: Unik! Wali Kota Madiun Lantik Sekda Soeko Tengah Malam, Ada Filosofinya

Uluran Tangan

Setelah istrinya meninggal dunia, Slamet pun hidup sendirian dengan kondisi serba kesusahan. Pria lanjut usia itu kini hanya mengandalkan bantuan yang diberikan tetangga dan dermawan, karena ia benar-benar tidak bisa bekerja seperti dulu.

“Sebenarnya pengen bekerja lagi, tapi sudah enggak bisa,” kata Slamet saat menerima bantuan pangan dari kelompok sukarelawan, Pemuda Madiun Bergerak (PMB).

Untuk kebutuhan makan, Mbah Slamet biasanya memasak nasi dan lauk seadanya. Terkadang ada tetangga yang mengirim makanan untuk dimakan.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Tinggi, Begini Curhatan Penjual Gorengan di Madiun

Ketua PMB, Bintang Nusantara Hasyim, mengatakan Mbah Slamet menjadi salah satu target penerima bantuan. Hal ini karena melihat kondisi Mbah Slamet yang memang sudah tidak bekerja, kondisi kesehatannya menurun, dan hidup sendirian.

“Ini sudah dua kali pemberian bantuan berupa sembako dan bantuan uang tunai. Rencananya bantuan akan rutin diberikan kepada Mbah Slamet. Setiap Jumat, kami juga mengirim makanan ke Mbah Slamet,” kata Bintang.

PMB pada pendistribusian bantuan pangan kali ini, lanjut dia, tersebar di 20 titik penerima yang ada di Kecamatan Madiun, Kecamatan Jiwan, Kecamatan Kare, Kecamatan Dolopo, dan Kota Madiun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya