SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah, dalam dakwahnya Rasulullah menemui berbagai cobaan yang berat. Berbagai fitnah, cacian, hingga lemparan batu dari kaum kafir Rasulullah terima. Selama berdakwah itu, Rasulullah tidak pernah marah atau membenci perlakuan buruk yang dialamatkan kepadanya itu.

Terdapat sebuah kisah saat Rasulullah berada di Kota Thaif, masyarakat tidak menerima ajaran Rasul namun justru menghujat Rasul dan para pengikutnya. Namun, Rasulullah justru meminta maaf dan berniat untuk pergi. Saat Rasulullah pergi, beberapa penduduk menghadang Rasulullah yang saat itu bersama Zaid bin Haritsah yang kemudian melempari batu yang mengakibatkan keduanya terluka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah Rasulullah memilih pergi, sesampainya di bawah pohon Rasulullah dan Zaid membersihkan luka-luka mereka. Rasulullah lantas berdoa, “Allahumma ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang berwajah muram kepadaku? atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Aku tidak peduli selama Engkau tidak murka kepadaku. Sungguh luas kenikmatan yang Kaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat. Janganlah Engkau timpakan kemurkaanMu kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya upaya kecuali dengan Engkau.”

Ekspedisi Mudik 2024

Allah pun mengutus Jibril untuk menemui Rasulullah, Jibril menyampaikan bahwa apabila Rasulullah mengehendaki, telah ada malaikat-malaikat yang bersiap menabrakkan gunung ke Kota Thaif yang membuat seluruh warganya binasa. Namun, Rasulullah menolak dan berdoa suatu saat kelak keturunan warga Kota Thaif akan menyembah Allah. Begitu mulianya Rasullah kepada manusia yang jelas-jelas telah menyakiti Rasulullah.

Ustaz Muhammad Arifin, pengajar di sekolah swasta Islami di Kota Solo, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, belum lama ini, mengatakan bahwa Rasulullah diutus ke bumi untuk menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya kepada sesama muslim saja, namun kepada seluruh manusia dan alam.

Allah berfirman, “Dan tiadalah Allah mengutus kamu [Muhammad] melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Q.S Al-Anbiya: 107)

Sebagai umat Islam jelas Rasulullah lah yang dijadikan contoh dalam berkehidupan. Baik dalam keluarga, sehari-hari, maupun kepada masyarakat. Menurutnya, ajaran-ajaran Islam yang menampilkan Islam sebagai agama kasih sayang adalah nilai-nilai agama Islam yang sesungguhnya. Dengan meneladani Rasulullah dapat menampilkan Islam yang rahmatan lil alamin yang mengajarkan kasih sayang, toleransi, mengayomi seluruh umat, maka orang-orang yang tidak suka kepada Islam akan simpati terhadap Islam.

“Masyarakat Indonesia sangat majemuk, kalau Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika, agama Islam ada istilah Ukhuwah Wathonniyah atau persaudaraan kebangsaan yang juga merupakan suatu hal yang penting. Islam sebagai agama mayoritas juga harus berfungsi sebagai perekat umat untuk mewujudkan Indonesia yang damai,” ujarnya.

Ia menambahkan umat Islam khususnya Kota Solo, ia melihat saat ini sedang ada tren yang sangat positif yakni tren berbagi. Menurutnya, saat ini berbagai komunitas sedekah dari kalangan anak muda maupun umum sangat sering berbagi seperti gerakan nasi Jumat dan berbagai gerakan lain. Gerakan itu tidak memandang agama mereka dalam berbagi, selama ada warga yang membutuhkan maka akan diberi.

Menurutnya, dari hal kecil seperti itu merupakan nilai Islami yang sangat kental dengan nilai kasih sayang. Hal itu harus selalu ditumbuhkan sebagai cerminan Islam yang mengasihi. Ia menambahkan ketika sahabat nabi memimpin, Abu Bakar Ash Shidiq sedang blusukan ia menemukan seorang Yahudi buta sedang mengemis. Sebagai pemimpin, ia lantas membuat memo dan meminta kepada pengelola harta negara seperti Baitul Mal saat ini untuk segera membantu seorang Yahudi buta itu.

Hal-hal kecil itu, harus selalu dikembangkan dalam konteks kebangsaan. Terlebih, masyarakat Indonesia saat ini juga menatap pesta demokrasi akbar sehingga dinamika politik di Tanah Air pun turut memengaruhi relasi sosial masyarakat. Dengan melakukan hal positif, sekecil apa pun bisa membantu menyejukkan atmosfer kehidupan di sekitar kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya