SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pengunjung pameran di Kedai Kebun Forum pekan lalu senyum-senyum sesaat setelah melihat karya seni rupa Malaikat bertajuk The Boy Who Has One Finger yang digelar 27 April – 20 Mei 2011. Betapa tidak, semua karya Malaikat dilengkapi dengan lelucon keseharian yang tolol, jorok dan terkesan lebay [berlebihan].

Karya milik perupa Malaikat ini memang memberikan hiburan tersendiri. Karyanya dipenuhi dengan humor yang lekat dengan kehidupan keseharian penuh warna. Setidaknya ada 50 karya seni rupa yang bisa dinikmati bahkan dibeli.
Malaikat adalah seniman asal Surabaya yang berproses seni di Jogja. Tentu saja, Malaikat bukan nama aslinya. “Panggil saja Malaikat,” begitu dia memperkenalkan diri tanpa berkenan mengatakan nama aslinya.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Nama itulah yang dianggapnya hoki untuk mengenalkan karya-karyanya kepada khalayak. Lelaki berkacamata ini ingin lebih akrab dengan sebutan Malaikat. “Malaikat. Begitu saja, itu nama saya. Memang bukan nama asli, tapi saya suka dengan nama itu hingga saya membuat tato di tangan saya,” ujarnya seraya menunjukkan lengan tangannya yang dipenuhi tato.

Malaikat, atau biasa juga dipanggil Alay ini mengawali karyanya dari sebuah komik, bercerita kejadian yang sangat jorok dan menjijikkan, sekaligus penuh iba. Seperti komiknya yang mengulas pedagang bakso tengah buang air besar di jamban, kali umum.

Bukannya lega bisa mengeluarkan hajat, namun kemaluannya justru disambar dua ikan lele yang saling berebut. “Ini kan kejadian yang menyedihkan, tapi dibalik itu ada sisi lucunya, lihat kedua lele ini riang sekali dan mengira itu adalah makanan,” cerita Alay membacakan komiknya.

Dari komik itulah, Alay terpikir untuk membuat sebuah cerita bergambar di media yang berbeda. Mulai dari media celengan berbahan tanah liat, kertas karton dan kanvas. Mulanya memang bukan untuk dipamerkan, Alay hanya ingin membagi kesenangan dan kreatifitas yang ia buat dari 2008 hingga 2011.

“Saya buat seperti ini, agar lebih ekspresif saja. Tak melulu harus dengan media kertas atau kanvas kalau mau buat komik,” tuturnya.

Mengenai ide cerita, Alay mendapatkannya dari kejadian, orang-orang sekitar, cerita teman-temannya, hingga kejadian aneh yang ditemuinya sendiri. Baginya, hidup terlalu banyak masalah, jika dirasakan secara dalam memang terlihat sangat berat. Namun jika dilihat dari sisi humornya maka hidup akan asyik untuk dijalani. Oleh sebab itu, dalam karya Alay, kejadian sesedih apapun bisa jadi lelucon.

“Bukan bermaksud nakal, tapi lebih pada imajinasi yang melayang jauh. Hingga muncul kisah-kisah lucu dari sebuah peristiwa,” kata lelaki yang pernah menjadi penulis cerita animasi ini.

Di tengah dunia seni rupa yang penuh kritik politik dan sosial, karya Alay ini seakan menjadi alternatif tersendiri sebagai selingan dari sebuah masalah. Komik, buku, celengan, balok-balok kardus, gambar dinding, semuanya tampak cengengesan, tapi memiliki daya humor cukup tinggi. Dia ingin mengajak orang tertawa, menertawakan kehidupan yang berat.(Wartawan Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya