SOLOPOS.COM - Salah satu pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) Kota Jogja menunggu stan pameran Gebyar UMK di Alun-ALun Sewandanan Pakualaman, Sabtu (6/5/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pemerintah daerah sudah banyak memfasilitasi para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) untuk mengikuti pameran

Harianjogja.com, JOGJA-Pemerintah daerah sudah banyak memfasilitasi para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) untuk mengikuti pameran. Dalam pameran, mereka diharapkan tidak berorientasi semata untuk berjualan tetapi untuk mengenalkan produk kepada masyarakat.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Salah satu pelaku UMK di Jogja Dwi Hartini mengatakan, Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha dan Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinkopnakertrans) Kota Jogja tidak henti-hentinya memberikan kesempatan pada pelaku usaha untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan baik di tingkat kota, provinsi, maupun nasional.

Salah contoh pameran yang baru saja diselenggarakan pada Jumat-Minggu (5-7/5/2017) kemarin di Alun-Alun Sewandanan Pakualaman adalah Gebyar UMK.

Dalam kegiatan itu, Dinas memberikan ruang bagi pelaku UMK di masing-masing kecamatan untuk memamerkan produknya agar dikenal masyarakat secara lebih luas. Dwi mengakui, selama ini masih ada UMK yang menginterpretasikan konsep pameran dengan makna yang kurang tepat.

“Orientasi [pameran] itu buat jualan, padahal tidak. Yang utama itu ya memamerkan, mengenalkan karya kita,” katanya pada Harianjogja.com, Sabtu (7/5/2017).

Pameran menjadi media agar seseorang bisa mengenal produk yang diciptakan oleh pengrajin. Mereka bisa menanyakan lebih detil tentang bahan, harga, kualitas, bahkan sampai harga untuk reseller.

Setidaknya, katanya, pameran produk UMK bisa menumbuhkan bela beli masyarakat yang melihatnya. Tidak hanya saat pameran dilakukan, tetapi bisa pasca pameran.

“Dampaknya [pameran] itu bisa dirasakan setelahnya [pameran], bukan saat pameran. Misalnya dengan dikasih kartu nama dan suatu saat konsumen akan mengontak kita untuk memesan karena sebelumnya sudah lihat barang-barang kita di pameran,” tuturnya.

Ia cukup menyayangkan jika ada pelaku UMK yang kecewa karena produknya tidak terjual saat pameran karena dengan begitu mereka hanya menganggap pameran sebagai ajang berjualan.

Hal yang sama juga diungkapkan pelaku UMK lainnya dari Kecamatan Pakualaman, Nur Diana Hidayati. Dari beberapa pengalaman mengikuti pameran, memang kecenderungan barang yang terjual tidak terlalu banyak.
Saat gebyar UMK kemarin saja pada hari pertama hanya terjual satu item dan hari kedua tiga item. “Tidak apa-apa seperti itu, yang penting orang datang kita kasih kartu nama. Kekuatan kita ya ada di kartu nama itu,” tutur pengrajin tas decoupage ini.

Meski tidak membeli produk saat pameran, berbekal kartu nama konsumen tetap mendapatkan link dengan pengrajinnya. Sehingga, kata Diana, pasca pameran jika memang konsumen mantap terhadap hasil karya pengrajin, mereka akan menghubungi pengrajin yang bersangkutan melalui kontak yang tertera pada kartu nama itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya